Namun, habitat pakan burung migran ini juga dalam ancaman. Salah satu yang sudah terjadi adanya perubahan lanskap karena pendirian bangunan di kawasan Lampulo.
"Di daerah Lampulo kita temukan ada perubahan, ternyata hari ini habitat burung migrasi di sana yang biasanya menjadi tempat dia makan berubah menjadi bangunan," ujarnya.
Menurut Heri, hal itu terjadi lantaran kurangnya informasi mengenai burung migran membuat pemerintah tidak melaksanakan konsep pembangunan yang berkelanjutan, yakni mencoba memberikan ruang bagi burung migran.
Sebab itu, dirinya berharap pemerintah dapat menyusun rencana tata ruang itu ruang yang bisa memberikan ruang kepada ekosistem untuk kemaslahatan bersama makhluk hidup lainnya.
"Salah satu yang dapat dilakukan yaitu pelestarian mangrove, karena mangrove itu merupakan bentang alam dan juga sangat bermanfaat bagi manusia," katanya.
Dirinya menambahkan, masifnya perburuan burung migran juga mengancam berkurangnya jumlah populasi burung migran. Di Aceh, salah satu burung migran yang kerap diburu adalah burung berkik (snap) yang ditangkap untuk dikonsumsi.
"Dari beberapa tahun lalu, orang Aceh suka mengonsumsi burung dan salah satunya jenis berkik, karena burung itu dianggap sesuatu yang prestisius, sebab datang setahun sekali," demikian Heri Tarmizi.
Baca juga: Petani Abdya keluhkan hama burung pipit