Sakdiah (71) asal Bak Dilip, Montasik, baru saja mencelup ujung jari kelingkingnya ke dalam tinta biru yang disodorkan panitia. Di atas kursi roda, ia selesai mencoblos surat suara dengan lima warna berbeda, yakni abu-abu, merah, kuning, biru, dan hijau.
Tidak butuh waktu lama bagi Sakdiah menyelesaikan hak suaranya, Satlinmas membantu membuka dan melipat kembali setiap lembaran surat suara, sedangkan pengasuh mengarahkan petunjuk pengisian.
Meskipun begitu, ia menyampaikan sungguh dilema memilih kandidat yang ingin dia coblos. Sebab, tidak ada satu pun baik wajah maupun nama di surat suara yang dia kenal.
Dari lima surat suara, dua balot di antaranya berwarna abu-abu dan merah sangat membantu Sakdiah memilih karena menampilkan wajah para calon sehingga memudahkannya untuk mengenali calon yang ia pilih. Sementara balot berwarna kuning, biru, dan hijau membuatnya harus mengernyitkan mata. Musababnya, rupa dan ukuran huruf nama calon tertulis halus.
“Saya tidak nampak membaca nama-nama calon karena penglihatan saya saat ini, mana mungkin mata saya bisa jelas lagi melihat karena sudah tua, apalagi tidak seorang pun saya kenal,” kata lansia yang sejak 2018 menghuni di griya lansia.
Alhasil, Sakdiah mencoblos sembarang. Surat suara dilubangi pada calon yang tidak diketahui identitasnya serta tidak diketahui pula gagasan yang dijanjikan ketika nanti terpilih.
“Karena tidak kenal dan juga tidak nampak nama, saya coblos asal-asalan,” katanya.
Baca juga: KIP Aceh tetapkan hasil Pileg 2024
Nurani (77), lansia asal Calang, yang mendapat giliran mencoblos setelah Sakdiah juga merasakan hal yang sama. Ia tidak mengenali seorang pun calon yang namanya terdaftar di kertas suara. Hanya beberapa partai lama yang masih ia kenali, tetapi tidak dengan para kandidatnya.
“Tidak tahulah, saya tidak kenal siapa-siapa, pokoknya partainya pernah tengok. Cuma tahu partai-partai lama,” katanya.
Keterbatasan akses ihwal gelaran Pemilu 2024 ini menyebabkannya tidak banyak mengetahui informasi tentang para kontestan yang berlomba-lomba memperebutkan kursi kuasa. Apalagi, ada begitu banyak nama yang tertera dibandingkan pemilu lima tahun sebelumnya.
“Kali ini kami tidak dapat informasi. Sebelumnya, ada pengarahan karena pemungutan suara dulu dilakukan di TPS langsung sehingga kami datang ke sana,” katanya.
Sementara itu, Ketua KIP Aceh, Saiful Bismi, menyampaikan memang tidak mengadakan sosialisasi pemilu yang dikhususkan kepada lansia. Sosialisasi yang pernah diadakan diperuntukan bagi masyarakat secara umum.
“Jadi kita melibatkan untuk sosialisasi itu umum. Jadi, ada pemilih pemula, tokoh masyarakat, bahkan ada juga salah satu dari pemilih yang sudah berusia,” kata Saiful pada Minggu (11/2).
Saiful beralasan sosialisasi khusus itu tidak diadakan lantaran mempertimbangkan kondisi kesehatan lansia yang kebanyakan tidak lagi prima di usia senjanya.
“Kepada lansia kita tidak ada instruksi khusus karena lansia ini kadang-kadang mereka ada yang tidak bisa jalan dan tidak bisa ini,” katanya.
Berdasarkan data KIP, terdapat 3.742.037 warga Aceh yang masuk Dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada Pemilu 2024, yakni laki-laki 1.839.412 orang dan perempuan 1.902.625 orang. Dilihat dari kelompok usianya, pemilih berusia 59-77 tahun berjumlah 427.058 orang, lalu pemilih berusia 78 tahun ke atas berjumlah 57.902 orang.
Dari jumlah tersebut, pemilih lansia di Kota Banda Aceh yang masuk ke dalam DPT berjumlah 21.287 orang terdiri atas 19.375 berusia 59-77 tahun dan 1.912 berusia 78 tahun ke atas.
Berharap Memilih di Pilkada
Lantaran tak dapat surat undangan, Imasjulia (74), lansia asal Bandung yang telah tujuh tahun menghuni di RSGS berharap dapat memilih pada gelaran pemilihan kepala daerah (pilkada) Aceh. Pelaksanaannya diproyeksikan berlangsung saat penghujung akhir tahun ini.
Hasil analisis komparasi Tim Cek Fakta AJI Banda Aceh dari media sosial mengenai bakal Gubernur Aceh medio Agustus-Oktober 2023, muncul tiga sosok nama yang dianggap layak untuk maju memimpin Aceh ke depan.
Mereka adalah Nasir Djamil (Anggota DPR RI) dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Muzakir Manaf, (Ketua Partai Aceh dan mantan Panglima GAM), dan Nezar Patria (Wamenkominfo RI).
Namun, Imas sama sekali belum pernah mendengar nama kandidat bakal calon gubernur yang sudah muncul bahkan informasi tentang gelaran Pilkada Aceh juga belum berembus di kalangan lansia di panti jompo.
“Belum dapat informasi, calon yang ingin didukung juga tidak tahu ya karena tidak pernah ke luar,” katanya.
Ia hanya berharap para kandidat yang ingin maju sebagai gubernur nantinya mempunyai visi dan misi untuk mensejahterakan masyarakat miskin serta memperhatikan lansia di panti jompo.
“Mudah-mudahan aja ada kemajuan di panti jompo ini. Saya butuh bantuan. Pertama, pangan sudah ada lah cukup. Kita kan orang tua ya, kalau ada bantuan berupa uang juga,” harapnya.
Liputan ini merupakan fellowship program Cek Fakta Pemilu AJI Banda Aceh yang diselenggarakan Agustus 2023 sampai Mei 2024. Isi konten dan konsekuensi bukan merupakan tanggung jawab redaksi ANTARA.