Banda Aceh (ANTARA) - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terjadi di Aceh yang menghanguskan sekitar tiga hektare lahan di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Besar dalam dua hari terakhir menurut Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA).
“Kondisi terakhir api sudah berhasil dipadamkan,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana BPBA Fadmi Ridwan di Banda Aceh, Kamis.
Kebakaran lahan itu terjadi di tiga wilayah dalam dua kabupaten di Tanah Rencong. Pada Kamis (18/7) sekitar 13.30 WIB, kebakaran lahan terjadi Desa Alur Cincin, Kecmatan Pintu Rime Gayo, Bener Meriah. Lahan yang terbakar sekitar satu hektare.
Petugas piket Posko 04 Blang Rakal BPBD Bener Meriah menerima informasi kebakaran lahan ini dari salah seorang personel Polsek Pintu Rime Gayo. Kebakaran terjadi di lahan kawasan hutan lindung di Gunung Bur Gutul yang berisikan pohon pinus dan pohon pinang.
Mendengar informasi itu, menurut Fadmi, petugas piket Posko 04 Blang Rakal langsung bergerak ke lokasi kebakaran dan melakukan pemadaman api serta pendinginan.
“Penanganan pemadaman membutuhkan waktu kurang lebih satu jam,” ujarnya.
Sebelumnya, lanjut Fadmi, BPBA juga menerima informasi kebakaran lahan di Desa Wonosbo, Kecamatan Wih Pesam, Bener Meriah pada Rabu (17/7)sekitar pukul 19.44 WIB. Kronologis kejadian masih dalam penyelidikan pihak berwajib.
“Luas lahan terbakar sekitar satu hektare. BPBD Bener Meriah mengerahkan dua unit mobil damkar ke lokasi kejadian dan api berhasil dipadamkan,” ujarnya.
Pada hari yang sama sekitar pukul 22.00 WIB, pihaknya juga menerima kebakaran lahan di Desa Pante Rawa, Kecamatan Suka Makmur, Aceh Besar. Lahan yang terbakar seluas satu hektare.
“BPBD Aceh Besar mengerahkan dua unit armada damkar ke lokasi kejadian untuk pemadaman, dan api juga sudah berhasil dipadamkan,” ujarnya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut saat ini Aceh mulai memasuki puncak musim kemarau, sehingga masyarakat diimbau untuk waspada terhadap kekeringan dan potensi kebakaran hutan dan lahan.
"Pada Juli ini, umumnya untuk wilayah Aceh sudah memasuki puncak musim kemarau, dalam artian curah hujan di Aceh sangat rendah," kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Kelas I Sultan Iskandar Muda Aceh Besar Anang Heriyanto.
Ia menjelaskan, pantauan BMKG terhadap curah hujan pada dasarian pertama berada pada kategori rendah, antara 21-55 mm. Kondisi yang sama juga diprediksikan selama 10 hari ke depan.
"Dalam 10 hari ke depan juga masih kategori rendah, karena Juli ini pada umumnya di Aceh puncak musim kemarau," ujarnya.
BMKG mengimbau agar masyarakat tidak membakar sampah sembarangan, serta tidak membuka lahan dengan cara membakar karena akan berpotensi terjadi kebakaran.
"Kalau kita melihat historis titik panas pada tahun lalu, umumnya juga terdeteksi pada Juni dan Juli, paling tinggi di wilayah Aceh," ujarnya.