Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) Andry Widyowijatnoko menyatakan bangunan tradisional yang terbuat dari bambu khususnya akan terhindar dari risiko becana berat.
"Artinya, bangunan tradisional dengan bahan baku dari bambu sangat tepat diterapkan di daerah rawan becana, sebab ini akan meminimalir jatuhnya korban akibat bencana," kata Andry yang menjadi pemateri dalam seminar Mitigasi Bencana di Banda Aceh, Senin.
Ia menjelaskan dirinya tertarik untuk mengembangkan arsitektur bangunan yang terbuat dari bambu untuk rumah murah dan sangat tepat diterapkan di daerah rawan bencana seperti gempa.
Dalam seminar mitigasi bencana bertajuk "Paleh Sagoe meuleuhop Jurong, Paleh Gampong tan Ureung Tuha", Andry juga mempromosikan bambu sebagai bahan bangunan yang berkelas dan berkelanjutan agar dapat dimanfaatkan dan digunakan untuk pembangunan rumah.
Ketua Panitia Pelaksana, TM Zulfikar mengatakan seminar yang digelar dalam rangka memperingati 14 tahun gempa dan tsunami Aceh tersebut merupakan salah satu upaya edukasi terhadap masyarakat Aceh.
"Aceh sering dilanda bencana alam dan ini upaya edukasi masyarakat terhadap mitigasi bencana", kata Zulfikar.
Menurut dia dalam seminar tersebut ikut membahas cakrawala masyarakat Aceh menghadapi bencana dengan menggunakan kearifan lokal sehingga lebih siap dan sigap.
"Ie beuna, smong adalah istilah tradisional Aceh untuk mengatakan tentang bencana alam yang melanda Aceh tempo dulu, konstruksi rumah tradisional juga mengurangi resiko bencana alam", kata Zulfikar.
Dalam kegiatan tersebut turut hadir diantaranya Kepala Bappeda Aceh Azhari, Kepala Pelaksana BPBA, Teuku Dadek, Rektor UTU Meulaboh Prof Jasman J. Ma'ruf dan Ketua Majelis Adat Aceh Badruzzaman Ismail.
Akademisi: bangunan tradisional hindari risiko bencana
Senin, 24 Desember 2018 16:57 WIB