Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Pengamat dari dari Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh Prof Dr Syamsul Rijal, MAg menyatakan Pemerintah seharusnya melihat pesan lain dari mahalnya tiket pesawat rute Aceh-Jakarta, karena keluhan warga dapat memantik kembali antinasionalisme yang sebenarnya mulai terpupuk pascakonflik panjang.
"Seharusnya Pemerintah melihat ini sebagai cikal bakal lahirnya krisis nasionalisme di Aceh. Kita sebenarnya tak soal harga tiket, tetapi jika ini dibiarkan kita akan lebih cinta negeri orang (Malaysia) ketimbang Indonesia sendiri," katanya, Senin (14/1) merespons kebijakan penurunan harga tiket pesawat Aceh-Jakarta oleh asosiasi penerbangan Indonesia, Indonesia National Air Carriers Association (INACA).
Guru besar UIN itu menyatakan, betapa sulitnya masyarakat Aceh ingin mengakses ibu kota dan berpergian di negeri sendiri. Sementara negeri tetangga memberikan fasilitas yang murah dan terjangkau semua kalangan di Aceh.
"Pemerintah harus sadar ini, bukan soal angka mahalnya tiket. Tetapi ini bakal memunculkan krisis nasionalisme. Kok kita susah di negeri sendiri ya," ujarnya.
Syamsul Rijal yang juga pembina Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) ini menilai Pemerintah selama ini abai terhadap apa yang menjadi hajat hidup orang Aceh.
Masyarakat, misalnya diminta tidak berobat ke luar Aceh karena layanan medis di Indonesia juga tidak kalah hebat.
"Tetapi rakyat kan hitung-hitungan juga, nah ini sinyal tidak baik jika dibiarkan berlarut. Apalagi ini tahun politik, kita pernah beli pesawat untuk negara ini. Kok jadi menderita, pesan ini bisa 'digoreng' ke sana-kemari," katanya.
Seperti diberitakan, sejak setahun terakhir warga Aceh mengeluhkan mahalnya tiket pesawat untuk berpergian ke Jakarta dan daerah lain di Indonesia.
Rakyat Aceh terpaksa membuat paspor hanya untuk ke Jakarta melalui Kuala Lumpur, Malaysia dengan penerbangan murah.
Pengamat: tiket pesawat mahal dapat memicu krisis nasionalisme di Aceh
Senin, 14 Januari 2019 20:46 WIB