Ambon (ANTARA) - Akibat gempa tektonik dengan magnitudo 6,8 dan berlanjut dengan gempa susulan berulang kali membuat sejumlah warga, terutama perempuan dan anak-anak masih berlindung di Masjid Baiturahman,khusus Batumerah Tanjung, Kecamatan Sirimau (Kota Ambon).
"Warga masih merasa trauma dan belum berani kembali ke rumahnya sehingga untuk sementara berlindung di Masjid Baiturahman," ujar Harry, salah satu warga Batumerah Tanjung di Ambon, Kamis.
Baca juga: Gempa Maluku, tiga warga meninggal
Posisi masjid yang berada pada daerah ketinggian membuat masyarakat lebih merasa nyaman untuk tetap bertahan meski pun BMKG menyatakan gempa ini tidak menimbulkan gelombang tsunami.
Pantauan Antara di Ambon, beberapa bangunan bertingkat yang mengalami keretakan pada bagian dinding seperti Hotel Amans Ins, pusat perbelanjaan Maluku City Mall, atau lantai empat kantor DPRD Provinsi Maluku.
"Lantai empat gedung DPRD baru direnovasi pekan lalu tetapi saat ini mengalami kerusakan," kata salah Jacky, salah satu pegawai Sekretariat DPRD Maluku.
Baca juga: Gempa Ambon sebabkan empat warga meninggal, termasuk balita
Kerusakan juga terjadi pada bangunan Rektorat IAIN Ambon yang mengakibatkan seorang dosen bernama bernama Narti Rato setelah dievakuasi ke rumah sakit terdekat.
Selain itu masih terdapat banyak warga dari kawasan Poka, Rumah Tiga, dan sekitarnya bersama ratusan mahasiswa Universitas Patimura Ambon yang mengungsi ke dusun Taeno ketika terjadi gempa bumi karena khawatir terjadi gelombang tsunami.
Warga di sekitar pesisir pantai Wayari, Suli, dan sekitarnya di Kecamatan Salahutu (Pulau Ambon) Kabupaten Maluku Tengah juga masih bertahan di hutan gunung sejak pagi hari.
Kondisi serupa juga dilakukan masyarakat pesisir Kecamatan Leitimur Selatan (Kota Ambon) seperti di Desa Leahari dan sekitarnya mengungsi ke atas gunung.
Pembantu Dekan IV Fakultas Tekhnik Unpatti, John Tupan mengatakkan, gempa tersebut membuat para dosen dan mahasiswa panik, namun kondisi bangunannya sendiri tidak mengalami keretakan.
Gedung tiga lantai ini dibangun oleh Rusia sejak tahun 1960 namun tidak mengalami kerusakan, sementara gedung rektorat dan beberapa kampus di Unpatti mengalami kerusakan.
"Hanya satu mahasiswi F-Tekhnik yang pingsang akibat luka di kepala saat terjadi gempa karena dia berusaha melarikan diri dan terjatuh hingga terinjak rekan lainnya," kata Tupan.
Hingga kini ruas-ruas jalan utama di Kota Ambon maupun aktivitas perdagangan di Pasar Mardika Ambon terlihat sepi, bahkan sederetan pertokoan terlihat ditutup rapat oleh pemiliknya.