Jakarta (ANTARA) - Pergerakan nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Rabu pagi tertahan, seiring dengan penantian pelaku pasar terhadap perkembangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Rupiah terpantau bergerak melemah sebesar 21 poin atau 0,15 persen menjadi Rp13.989 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp13.968 per dolar AS.
"Dikabarkan AS dan China sedang dalam proses memilih lokasi untuk menandatangani kesepakatan dagang. Situasi itu membuat sebagian pelaku pasar sedikit menahan transaksinya terhadap aset mata uang berisiko seperti rupiah," kata Kepala Riset Valbury Asia Future Lukman Leong di Jakarta, Rabu.
Kondisi itu, lanjut dia, juga membuat tren penguatan dolar AS masih terjaga sehingga membatasi ruang gerak mata uang rupiah untuk melanjutkan apresiasi, meski dari dalam negeri terdapat sentimen positif mengenai data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang mengalami pertumbuhan pada kuartal III tahun ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat PDB Indonesia pada triwulan III 2019 sebesar 5,02 persen, secara tahunan. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2019 tumbuh 5,04 persen.
Kepala Riset Monex Investindo Future Ariston Tjendra menambahkan dolar AS cenderung terapresiasi di tengah optimisme pasar terhadap negosiasi dagang antara AS dengan China yang terlihat menunjukkan ke arah positif.
"Dalam beberapa hari terakhir Beijing dan Washington telah memberikan tanda-tanda kemajuan dalam pembicaraan perdagangan. Diharapkan perang dagang yang berlarut-larut dan telah menimbulkan kekhawatiran perlambatan ekonomi global segera berakhir," katanya.
Ia mengemukakan China mendorong Presiden AS Donald Trump untuk menghapus lebih banyak tarif yang dikenakan pada bulan September sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan fase pertama, diharapkan kesepakatan kedua negara itu ditandatangani pada akhir bulan ini.