Lhoksukon, Aceh (ANTARA) - Para petani wilayah timur Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh mengaku kesulitan memperoleh pupuk bersubsidi, sehingga mereka terpaksa membeli pupuk non subsidi dengan harga tinggi.
“Dalam beberapa hari terakhir saya mendatangi sejumlah tempat pengecer pupuk (dan pestisida) di Pantonlabu, serta kawasan lainnya, tetapi dibilang tidak ada pupuk bersubsidi,” kata Sulaiman, petani Kecamatan Tanah Jambo Aye, Jumat malam.
Baca juga: Gubernur: Produksi padi Aceh terus meningkat
Biasanya petani kawasan itu kerap menggunakan pupuk bersubsidi jenis urea, SP-36 dan NPK Phonska pada tanaman padi mereka, namun saat ini yang paling banyak diburu adalah jenis urea maupun SP-36.
"Saat ini yang saya butuhkan adalah pupuk jenis urea, karena sedang proses pembibitan, tetapi sulit kita dapatkan yang bersubsidi," jelasnya.
Baca juga: Kodim Aceh Timur tanam perdana 100 hektare padi di lokasi sawah baru
Dikatakan, kesulitan memperoleh pupuk jenis urea maupun SP-36, sudah terjadi sejak beberapa pekan terakhir. Kejadian serupa tidak hanya terjadi pada musim tanam kali ini saja, tetapi kerap dialami petani.
Menurutnya, di beberapa tempat penjualan memang ada tersedia pupuk non subsidi jenis tersebut, namun harganya mencapai Rp 250 ribu hingga Rp 300 ribu per sak ukuran 50 kilogram, sehingga dinilai terlalu tinggi.
Baca juga: Aceh Timur targetkan produksi padi 250.789 ton
"Karena kesulitan pupuk bersubsidi, maka kami terpaksa membeli pupuk non subsidi, namun dalam jumlah yang sedikit, sekadar cukup untuk kebutuhan tanaman padi yang saat ini masih dalam proses pembibitan," jelas Sulaiman.
Wilayah timur Aceh Utara, kata Sulaiman lagi, saat ini sudah hampir memasuki musim tanam khususnya di wilayah Tanah Jambo Aye, bahkan sebagian kecil petani sudah mulai menanam.
Sementara Mariana dan Khairul, petani lainnya di Kecamatan Baktiya juga membuat pengakuan serupa. Mereka juga terpaksa membeli pupuk non subsidi meskipun harganya jauh lebih tinggi daripada bersubsidi.
"Kami sudah membeli pupuk untuk persiapan tanam karena tinggal menghitung hari, tetapi bukan yang bersubsidi, kalau yang subsidi sulit kita dapatkan," kata Mariana.
Atas dasar itu, petani berharap pemerintah dapat turun tangan agar ketersedian pupuk tetap terjaga menjelang musim tanam di wilayah timur Aceh Utara, seperti Kecamatan Tanah Jambo Aye, Langkahan, Seunuddon, Baktiya dan Baktiya Barat, sehingga tidak terganggu pruduksi padi di musim panen kali ini.
Seorang pedagang pengecer pupuk dan pestisida di Kecamatan Baktia dihubungi terpisah membenarkan bahwa pupuk jenis urea dan SP- 36, serta NPK Phonska bersubsidi stoknya sangat terbatas.
Beberapa hari lalu pada bulan ini, dia mengaku mendapat jatah pupuk kurang dari 50 sak jenis urea. Kalau SP-36 dan NPK Phonska, dia memang tidak mendapat jatah sama sekali, meski sudah diusulkan ke pihak terkait.
"Tentu saja jumlah tersebut tidak cukup dan para petani juga tidak semua kebagian," kata pedagang yang enggan ditulis namanya itu.
Pihaknya mengaku tidak mengetahui pasti penyebab terbatasnya stok pupuk subsidi yang disalurkan. Meski demikian, dia menyebut bahwa jatah pupuk subsidi yang disalurkan ke setiap pedagang pengecer itu berbeda-beda.
Seorang pedagang lainnya juga menyebut hal serupa, namun di tempat dia jumlah pupuk yang disalurkan sebanyak 100 sak jenis urea dalam bulan ini dan langsung diburu petani sehingga hari itu juga ludes.
Menurutnya, pupuk tersebut biasanya disalurkan setiap satu bulan sekali oleh distributor. Namun, di akhir tahun ini jumlah yang dijatahkan lebih sedikit dibandingkan dengan pada awal tahun.
"Akhir- akhir ini memang banyak permintaan pupuk dari petani, tetapi karena stoknya terbatas maka kita tidak bisa berbuat banyak,” pungkasnya.