Jakarta (ANTARA) - Badan sepak bola dunia (FIFA) menyerukan "toleransi, saling menghormati dan akal sehat" setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengecam pembatalan kebijakan yang mengharuskan para pemain sepak bola berdiri tegak selama lagu kebangsaan diperdengarkan.
"Saya tidak akan lagi menonton!" cuit Trump Sabtu pekan lalu.
Trump me-retweet cuitan legislator Florida dari Partai Republik, Matt Gaetz, yang menulis, "Saya lebih suka AS tak punya tim sepak bola dari pada punya tim sepak bola yang tidak mau berdiri tegak menghormati Lagu Kebangsaan."
Kapten timnas putri AS Megan Rapinoe berlutut guna mendukung Colin Kaepernick yang mendorong Federasi Sepak Bola AS mengadopsi aturan itu pada 2017.
Tapi aturan itu dibatalkan pekan lalu setelah para pemimpin klub sepak bola Amerika mengakui perubahan dalam sentimen di kalangan rakyat sejak kematian George Floyd memicu unjuk rasa anti rasisme.
"FIFA sangat mendukung toleransi, saling menghormati dan akal sehat ketika masalah-masalah penting semacam ini diperdebatkan," kata FIFA ketika diminta media massa menanggapi pernyataan Trump.
"FIFA menerapkan pendekatan toleransi nol kepada semua bentuk diskriminasi dalam sepakbola sebagaimana dijabarkan dalam Statuta FIFA. Kita semua harus berkata tidak kepada rasisme dan tidak kepada kekerasan."
Presiden FIFA Gianni Infantino pernah memperkenalkan Trump pada santap malam Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Januari tahun ini, dengan mengutarakan hasrat bahwa "memastikan 'impian bangsa Amerika' menjadi kenyataan, bukan hanya di Amerika sebagaimana sudah kita saksikan, tetapi juga di seluruh dunia."
Sebagai jawaban atas cuitan Trump, FIFA menyebu posisi Infantino terhadap hak pemain dalam menyampaikan sikapnya terhadap rasisme, diskriminasi dan kekerasan sudah tegas dan tidak akan berubah.
Infantino mengisyaratkan dukungan kepada unjuk rasa di dalam lapangan setelah gelandang AS Weston McKennie mengenakan pita bertuliskan "Keadilan untuk George" di lengan kirinya sewaktu bermain melawan Schalke di Jerman.