Blangpidie (ANTARA) -
Harga buah pala basah di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) anjlok dalam setahun terakhir yang diduga sebagai salah satu dampak pandemi COVID-19, akibatnya petani daerah itu juga kurang bergairah mengurus tanaman dari komoditas ekspor tersebut.
Safrudin, petani kebun pala di Kecamatan Kuala Batee, Abdya, Rabu, mengatakan, harga pala basah ditampung pedagang saat ini hanya Rp 14 ribu per kilogram atau mengalami penurunan sekitar 50 persen dari harga tahun lalu.
“Tahun lalu harga pala basah ditingkat petani dibeli pedagang Rp30 ribu per kilogram. Sekarang sudah murah hanya Rp14 ribu – Rp 17 ribu perkilogram. Makanya banyak petani yang mengeluh,” katanya
Ia mengatakan, murahnya harga pala basah semenjak setahun terakhir disebabkan turunnya harga pembelian minyak pala. Minyak atsiri nutmeg ditampung pedagang saat ini hanya Rp 530.000 per kilogram.
Murahnya harga komoditas ekspor tersebut, membuat para petani yang memiliki kebun pala dikawasan pegunungan mulai kurang bersemangat merawat lahan kebun mereka.
Ditambah lagi dengan banyaknya tanaman (pohon) pala yang mereka tanam diserang hama penyakit yang sampai kini belum ada obatnya.
Nurmani salah seorang pedagang buah pala basah membenarkan turunnya harga komoditas andalan masyarakat petani barat-selatan Aceh tersebut.
“Iya benar, harga pala kering saja saat ini dibeli Rp 37 ribu per kg. Itu sudah masuk harga global. Maksud dari global dimana buah pala yang ditampung para agen sama rata. Tidak ada pilih-pilih,” katanya