Lhokseumawe (ANTARA) - Meskipun terlahir sebagai anak seorang tukang becak dengan segala keterbatasan finansial tidak menjadikan suatu alasan bagi Musfirah AG untuk meraih cita-citanya sebagai penulis novel dan motivator muda.
Gadis manis yang akrab disapa Fira Amatesu ini telah berhasil menuai prestasi-prestasi gemilang di usianya yang terbilang masih muda. Bagaimana tidak, berkat kegigihan berlatih menulis dan mengawali karirnya di bidang tulis menulis berlahan-lahan, keuletannya dalam berkarya akhirnya menorehkan namanya sebagai salah satu penulis muda berbakat dengan karya-karya bermutu. Sebagai penulis novel yang telah berhasil menerbitkan lima karya tulisan dalam novel kolaborasi, ia juga seorang motivator muda.
Kini sulung dari dua bersaudara anak pasangan Aguswani Alamsyah dan Nur Asma M Daud itu pun sedang melanjutkan tulisannya untuk menyelesaikan novel solo yang akan diterbitkan pada bulan Januari 2021 mendatang. Yang lebih mengagumkan lagi Fira juga berprofesi sebagai guru pendidikan bahasa Arab di sebuah Madrasah di Aceh Utara, bahkan dirinya juga ikut merintis dalam dunia Yuotuber.
Dibalik capaian semua itu, wanita kelahiran Paloh Gadeng Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara pada 27 Oktober 1995 silam tersebut harus melalui perjuangan berat untuk menggapai cita-citanya.
"Sangat banyak tantangan dan air mata yang musti dilalui, bahkan cemoohan dan remehan kerap menghampiri. Meski terkadang bisikan ilusi mengarahkan untuk mengakhiri semuanya, maklum saja karena latar belakang ekonomi keluarga saya sangat biasa, hanya sekedar cukup,"kata Fira saat ditemui di salah satu kedai kopi di Lhokseumawe, Rabu (14/10).
Namun, semangat luar biasa dalam dirinya itu bangkit kembali berkat sebuah tujuan dan impian besar, tidak perduli seberapa menyakitkan yang penting perjuangan terus berjalan.
"Berkali-kali patah namun tetap tumbuh kembali dengan tekad yang kuat. Saya ingin membuktikan meski anak seorang tukang becak namun mampu menjanjikan hari tua yang indah untuk kedua orang tua saya. Hingga suatu saat cemoohan itupun berubah menjadi tepuk tangan,"kata Fira Amatesu.
Perjuangan yang sangat memilukan kini telah menjadikan Fira sebagai sosok yang tangguh. Meski sibuk dengan segala aktifitasnya, Fira tetap senantiasa meluangkan waktu untuk membantu ibunya berjualan dikampung. Ia tidak pernah minder dan bahkan penuh percaya diri dalam situasi apapun.
"Saat saya sedang berjuang, maka seakan-akan saya adalah top player yang begitu menikmati perannya. Ayo kita tetap semangat menghadapi kehidupan yang semakin besar tantangannya. Semangat, usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil,"kata gadis lulusan S1 di IAIN Malikussaleh Lhokseumawe.
Ia mengisahkan bahwa dulu dirinya sempat bercita-cita menjadi seorang dokter, akan tetapi keinginan tersebut terpaksa dikuburnya karena keterbatasan finansial keluarga yang hanya mengandalkan penghasilan dari ayah sebagai tukang becak sementara ibu hanya sebagai IRT.
"Dulu sih pernah bercita-cita menjadi dokter, tapi sadar dirilah dengan keadaan ekonomi, tapi Alhamdulillah akhirnya saya juga bisa kuliah melalui jalur Bidikmisi dengan Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Bahasa Arab,"katanya.
Ia bersyukur Allah SWT telah memberikan kemudahan setelah banyaknya ujian yang dihadapi. Perihnya kehidupan masa lalu telah mengubah kehidupannya hari ini dengan kata yang tak mampu diutarakan.
Ia juga berpesan kepada seluruh kawula muda khususnya wanita Indonesia untuk tidak pernah menyerah dengan keadaan, sekalipun keadaan tersebut sudah menjepit, karena menurutnya pelangi akan selalu hadir setelah hujan mereda.
"Saya sangat bersyukur dan tidak pernah membayangkan akan menjadi seperti hari ini, semua yang saya lakukan semata-mata untuk kebahagiaan kedua orangtua dan yang jasa mereka takkan mampu dibalas. Hanya melalui do'a semoga ridha Allah selalu kepada Ayah dan Ibu,"demikian kata Fira.