Jakarta (ANTARA) - Lionel Messi vs Cristiano Ronaldo adalah hal utama yang segera terlintas di benak banyak penikmat sepak bola ketika UEFA bahkan baru separuh jalan menggelar undian fase grup Liga Champions 2020/21 pada 1 Oktober lalu di Swiss.
Juventus berada di Pot 1 selaku juara Italia. Barcelona jadi tim Pot 2 yang punya koleksi poin koefisiensi UEFA terbanyak, bahkan melampaui tak kurang dari enam klub yang ada di Pot 1.
Keduanya ditempatkan di Grup G berdasar hasil undian. Separuh jalan berikutnya Grup G diisi pula oleh wakil Ukraina Dynamo Kiev dan klub Hongaria Ferencvaros.
Barcelona boleh saja mendatangkan nama-nama muda seperti Trincao, Sergino Dest dan Pedri serta berharap binaan lokal seperti Ansu Fati dan Riqui Puig semakin gemilang, tetapi nama utama di skuat Las Blaugranas tetaplah Lionel Messi.
Demikian juga di Juventus, yang mendatangkan Arthur Melo dari Barcelona diiringi Weston McKennie, Alvaro Morata dan Federico Chiesa, tetapi Ronaldo tetaplah sosok kesayangan Si Nyonya Tua.
Kedua tim juga punya juru taktik baru, Ronald Koeman di Barcelona dan Andrea Pirlo di Juventus, tetapi percayalah Messi vs Ronaldo masih tajuk paling utama ketika dua pertemuan di fase grup terjadi.
Messi vs Ronaldo adalah rivalitas individual terpanas, terutama di kalangan para pendukung garis mati masing-masing pemain hebat ini, yang muncul medio 2007 dan praktis mulai berkurang porsi perhatiannya dalam dua tahun terakhir.
Hal itu tidak lepas dari keputusan Ronaldo pergi meninggalkan Real Madrid dan hijrah ke Juventus pada bursa transfer musim panas 2018.
Ketika Juventus menjamu Barcelona di Stadion Allianz pada 28 Oktober dan gantian bertandang ke Camp Nou di putaran laga terakhir fase grup hampir dua bulan kemudian, Messi berkesempatan menegaskan keunggulan 16 kemenangan berbanding sembilan dan 22 gol berbanding 19 dalam 35 pertemuan sejauh ini.
Ketika keduanya akhirnya bertemu kembali, Messi tentu akan lebih disorot dibanding Ronaldo, lantaran polemik yang ia timbulkan di jeda jelang musim 2020/21 bergulir soal keinginannya meninggalkan Barcelona.
Di sekitarnya
Tentu saja, kita semua tahu Barcelona dan Juventus tengah berusaha membangun kekuatan menyongsong berakhirnya era Messi maupun masa Ronaldo.
Menarik menyaksikan bagaimana Pirlo, sang maestro lapangan tengah Juventus hingga lima tahun lalu itu membangkitkan bekas timnya dari "kekecewaan" Sarriball.
Pirlo jelas punya beban berat untuk sukses instan, dan kesuksesan ukuran Juventus bukan lah sekadar juara Liga Italia Serie A, tetapi meraihnya dengan musim menyisakan tiga hingga empat pertandingan lagi dan yang lebih penting adalah berbicara banyak di tataran Liga Champions.
Tersingkirnya Juventus di babak 16 besar Liga Champions musim lalu, di tangan wakil Prancis Olympique Lyon, adalah pelatuk terakhir yang menghabisi tenor kepelatihan Maurizio Sarri di klub itu dan tentu Pirlo tak ingin mengalami nasib serupa. Manajemen Juventus jelas tak akan peduli bahwa Pirlo menjalani musim perdana dalam karier kepelatihan di level senior.
Menilik di level domestik, Juventus tak mengawali musim dengan meyakinkan sebagai tim yang berstatus juara bertahan, hanya meraih satu kemenangan dan beruntung mengamankan satu poin saat mengimbangi AS Roma di pertandingan terkininya.
Sekali lagi, Pirlo punya beban besar dan dituntut memberi kesuksesan instan --terlepas dari apapun yang manajemen Juventus pernah katakan--, dan itu harus dibuktikan dengan memuluskan langkah melewati fase grup Liga Champions.
Sebagaimana Pirlo, Koeman di Camp Nou juga punya beban yang sama, dan boleh jadi ia menghadapi tantangan yang lebih berat sebab bintang utamanya beberapa bulan lalu merajuk ingin pergi.
Koeman bisa saja didepak ketika Josep Maria Bartomeu dimakzulkan dari kursi presiden Barca nanti, tapi pelatih yang memilih meninggalkan tim nasional Belanda untuk Barcelona itu punya tuga untuk menyiapkan masa depan yang lebih baik menyambut kepergian Messi.
Sejauh ini, di La Liga, Fati sedikit menjawab tantangan itu, bahkan Philippe Coutinho seperti menemukan kembali performa yang membuat Barcelona memutuskan memboyongnya dari Liverpool dua tahun lalu.
Coutinho mungkin akan selalu jadi tonggak pengingat skor memalukan 2-8 lawan Bayern Muenchen musim lalu, tetapi ia juga bisa memainkan peran sebagai ikon motivasi bahwa Barcelona harus bisa terus menjelma lebih baik lagi.
Lebih cepat Barcelona melepaskan diri dari ketergantungan terhadap Messi, lebih baik bagi masa depan salah satu klub yang dianggap klub terbaik di dunia itu, walau nyatanya baru bisa bicara lantang di Liga Champions mulai 2000-an saja.
Berebut efek kejut
Di atas kertas, mungkin Dynamo dan Ferencvaros dianggap hanya memperebutkan peringkat ketiga klasemen akhir, supaya bisa tetap menerima bagian uang hak siar lagi dari UEFA selepas fase grup, walaupun nominalnya mungkin lebih kecil karena hanya berstandard Liga Europa.
Namun, tentu kedua tim berambisi untuk menjadi aktor utama dalam lakon kejutan terhentinya rentetan kelolosan fase grup Liga Champions untuk 16 musim terakhir yang dimiliki Barcelona misalnya.
Dynamo tiba di fase grup dengan menyingkirkan wakil Belanda AZ Alkmaar usai menang 2-0 di babak ketiga kualifikasi serta secara meyakinkan melewati KAA Gent dengan agregat 5-1 di playoff.
Di kancah domestik, Dynamo yang berusaha menyudahi dominasi Shakhtar Donetsk empat tahun terakhir sementara ini memimpin klasemen Liga Premier Ukraina dengan raupan 11 poin dari lima pertandingan.
Mykola Shaparenko merupakan salah satu talenta yang patut diberi perhatian di dalam skuat besutan Mircea Lucescu, terlebih penampilan baiknya di awal musim ini membuat gelandang serang berusia 22 tahun itu diberi kepercayaan oleh Andriy Shevchenko untuk memperkuat timnas Ukraina.
Dynamo boleh dibilang lebih diunggulkan dibandingkan Ferencvaros di fase grup. Terlebih Dynamo punya kenangan manis mengalahkan Ferencvaros 3-0 untuk menjuarai Piala Winners pada 1975 silam, yang merupakan satu-satunya rekor pertemuan antara kedua tim.
Pun demikian, Ferencvaros tidak akan berpamitan tanpa memperjuangkan nasib mereka di atas lapangan.
Meniti jalan lebih panjang dari babak pertama kualifikasi, Ferencvaros yang cuma berbekal 9.000 poin koefisiensi UEFA menyingkirkan tim-tim yang di atas kertas memiliki lebih banyak poin termasuk Celtic (34.000), Dinamo Zagreb (33.500) dan Molde FK (15.000).
Mudahnya, Ferencvaros sudah punya rekam jejak jadi tim pencipta kejutan di kualifikasi Liga Champions, persoalannya bagi Serhiy Rebrov "hanya" menerapkannya di fase grup.
Berikut jadwal pertandingan sementara Grup G Liga Champions 2020/21 (dalam WIB, tuan rumah disebut pertama):
Selasa (20/10) Dynamo Kiev vs Juventus
Rabu (21/10 Barcelona vs Ferencvaros
Kamis (29/10) Juventus vs Barcelona
Kamis (29/10) Ferencvaros vs Dynamo Kiev
Kamis (5/11) Barcelona vs Dynamo Kiev
Kamis (5/11) Ferencvaros vs Juventus
Rabu (24/11) Dynamo Kiev vs Barcelona
Rabu (24/11) Juventus vs Ferencvaros
Kamis (3/12) Ferencvaros vs Barcelona
Kamis (3/12) Juventus vs Dynamo Kiev
Rabu (9/12) Barcelona vs Juventus
Rabu (9/12) Dynamo Kiev vs Ferencvaros
Grup G Liga Champions: reuni mini Messi vs Ronaldo
Sabtu, 17 Oktober 2020 15:52 WIB