Takengon (ANTARA) - Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar mengatakan kerajinan tenun Gayo yang saat ini mulai kembali digali dapat menjadi cikal bakal industri tekstil khas daerah untuk ke depannya turut meramaikan produk kerajinan kain khas nusantara.
Menurutnya keberadaan tenun Gayo atau dalam bahasa lokal dikenal dengan sebutan Upuh Kio pernah menghilang ditelan perkembangan zaman. Karena itu dia sangat mengapresiasi upaya pihak-pihak yang kembali menggali warisan budaya tersebut dengan melakukan serangkaian penelitian.
"Tenun Gayo atau Upuh Kio dapat menjadi cikal bakal bangkitnya industri tekstil Gayo yang akan berkembang tidak hanya berskala konveksi kecil bahkan dapat menjadi industri garment dengan skala produksi yang lebih besar, sehingga menjadi alternatif pilihan bagi peminat kain nusantara yang semakin beragam," kata Shabela Abubakar dalam acara penutupan pelatihan pelaku kerajinan tenun Gayo di Takengon, Selasa malam.
"Usaha yang luar biasa ini semoga dapat menjadi titik balik bagi kita, mengangkat kembali budaya dan tradisi dari Dataran Tinggi Tanoh Gayo, sebagai daerah yang kaya akan khazanah adat dan budaya, baik secara nasional bahkan ke dunia lua," tuturnya.
Bupati ini juga berharap agar hasil dari serangkaian penelitian dan pengkajian yang telah dilakukan untuk mengangkat kembali keberadaan tenun Gayo di tengah masyarakat sekarang dapat segera dibukukan untuk kepentingan pembelajaran dan juga untuk menjadi rujukan literasi pendukung publikasi dan promosi produk.
"Kami selaku pimpinan daerah sangat mengapresiasi pihak-pihak yang telah peduli melestarikan kembali tenun Gayo ini," kata Shabela Abubakar.
Sementara upaya mengangkat kembali warisan budaya tenun Gayo ini dilakukan oleh pihak Sanggar Kuta Dance Takengon dengan melakukan serangkaian kegiatan penelitian yang dimulai dengan menggelar seminar awal, melakukan riset lapangan, re-kontruksi alat tenun, hingga menggelar pelatihan dan seminar akhir bagi para calon pelaku kerajinan tenun Gayo ini.
Dalam hal ini Sanggar Kuta Dance mendapat dukungan langsung Direktorat Jendral Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Pimpinan Sanggar Kuta Dance Peteriana Kobat mengatakan hasil akhir dari serangkaian upaya tersebut telah melahirkan sebanyak 14 penenun yang diharap mampu berkarya sebagai titik awal kembalinya produksi kerajinan tenun Gayo tersebut di tengah masyarakat.
"Seluruh peserta pelatihan telah diseleksi 14 penenun terbaik dan ditentukan kembali 8 diantaranya dipilih sebagai penerima alat tenun. Agar mereka dapat melakukan pengembangan diri dan mampu mempertahankan produksi tenun, sehingga dapat menjadi salah satu alternatif sumber ekonomi," kata Peteriana Kobat.
"Selain alat tenun kami bekali pula dengan sejumlah bahan pembantu produksi beserta benang yang cukup untuk menghasilkan sekitar 15 sampai 20 helai kain seukuran kain sarung. Kami berharap semua ini cukup sebagai modal awal untuk mendorong usaha pengrajin tumbuh dan berkembang," ucapnya.
Bupati Shabela harap tenun Gayo tumbuh jadi industri tekstil khas daerah
Rabu, 18 November 2020 20:19 WIB