Banda Aceh (ANTARA) - Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Aceh menyebutkan penambahan 140 kasus baru warga yang terinfeksi virus corona dan total kasus mencapai 17.970 orang, sehingga warga diingatkan lebih disiplin memakai masker.
"Kasus baru COVID-19 bertambah lagi sebanyak 140 orang di Aceh. Pasien yang dilaporkan sudah sembuh bertambah sebanyak 87 orang dan empat orang meninggal dunia," kata Juru Bicara COVID-19 Aceh Saifullah Abdulgani di Banda Aceh, Kamis.
Ia menjelaskan penambahan penderita baru COVID-19 per hari ini meliputi warga Banda Aceh 38 orang, Aceh Besar 19 orang, Aceh Barat 14 orang, Bireuen 13 orang, Aceh Selatan 11 orang, warga Langsa, Lhokseumawe dan Aceh Jaya masing-masing enam orang.
Selanjutnya, warga Sabang lima orang, Aceh Tamiang empat orang, warga Aceh Tenggara, Aceh Utara dan warga Nagan Raya tiga orang, warga Pidie dua orang, warga Aceh Timur, Bener Meriah, Pidie jaya, dan warga Aceh Barat Daya sama-sama satu orang serta tiga orang lainnya warga dari luar daerah Aceh.
Sementara itu, pasien COVID-19 yang dilaporkan sembuh bertambah 87 orang yakni warga Banda Aceh 34 orang, Pidie 19 orang, Aceh Tamiang 13 orang, Aceh Barat Daya tujuh orang, Pidie Jaya enam orang, Aceh Singkil lima orang dan warga Sabang tiga orang.
“Pasien COVID-19 yang meninggal dunia dalam 24 jam terakhir bertambah lagi empat orang, yakni warga Banda Aceh dua orang serta satu orang warga Langsa dan Aceh Utara, sehingga secara akumulatif sudah mencapai 710 orang meninggal di Aceh,” katanya.
Secara akumulatif kasus COVID-19 di daerah Tanah Rencong telah mencapai 17.970 orang, di antaranya penyintas yang sudah sembuh sebanyak 13.424 orang, penderita yang masih dirawat 3.836 orang, dan kasus meninggal dunia mencapai 710 orang.
Oleh sebab itu, dia meminta warga Aceh untuk lebih disiplin menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas.
"Masker merupakan salah satu bentuk intervesi nonfarmasi untuk mencegah terpapar virus corona,” katanya.
Menurut dia, Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan tiga jenis masker yang dinilai efektif memberi perlindungan bagi seseorang dari percikan air liur (droplet) atau dahak orang lain yakni masker N95, masker medis atau bedah dan masker kain.
Kata dia masker N95 mampu menyaring sekitar 95 persen partikel melayang di udara, menyaring virus, bakteri, jamur, debu serta menghilangkan partikel non-berminyak cair seperti semprotan anti serangga atau minyak wangi.
Sementara masker medis atau bedah yang terbuat dari tiga lapisan bahan non tenun sintetis memiliki tingkatan filtrasi dan tahan air. Mampu menyaring sekitar 80-85 persen partikel yang dihirup. Masker melindungi hidung dan mulut agar tidak bersentuhan dengan tetesan yang bisa membawa kuman.
"Masker ini hanya sekali pakai, dengan durasi maksimum empat jam dan masker harus diganti jika dalam keadaan lembab atau basah. Setelah itu harus dibuang sesuai prosedur pembuangan limbah medis," katanya.
Sedangkan masker kain, lanjut dia, memiliki efektivitas 50-70 persen. Masker ini dapat dicuci dan kemudian dipakai kembali. Pemakaian maksimal empat jam sehingga disarankan membawa masker cadangan. Namun masker kain itu tidak dapat digunakan oleh tenaga kesehatan sebagai alat pelindung diri (APD).
“Efektivitas perlindungan masker juga ditentukan oleh cara pemakaiannya dengan benar, disiplin dan konsisten,” ujarnya.
"Pemakaian masker yang benar merupakan bentuk ikhtiar, tapi tidak mengabaikan doa kepada Allah SWT agar kita semua terlindung dari virus corona dan marabahaya lainnya,” katanya lagi.