Banda Aceh (ANTARA) - Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh segera mendigitalisasi manuskrip atau naskah kuno di Museum Aceh untuk memudahkan wisatawan melihatnya.
"Kita akan membuat digitalisasi naskah-naskah kuno yang ada di Museum Aceh, sehingga memudahkan masyarakat mengakses tentang manuskrip tersebut," kata Kepala Disbudpar Aceh Jamaluddin, di Banda Aceh, Senin.
Wacana itu disampaikan Jamaluddin dalam kegiatan bincang-bincang virtual dalam rangka ulang tahun ke 106 tahun Museum Aceh.
Jamaluddin mengatakan, program digitalisasi terhadap kajian manuskrip Aceh tersebut masuk dalam program prioritas Disbudpar Aceh, serta membuat database koleksi Museum yang dilahirkan oleh seorang asal Belanda Stammeshous itu.
"Jika ada data base masyarakat bisa melihat secara digital apa saja yang ada di Museum Aceh, karena itu pengelolaan harus segera kita digitalisasikan," ujarnya.
Dirinya menyampaikan, selama ini akses untuk melihat manuskrip Aceh harus diberikan pendampingan oleh petugas, karena ditakutkan ada pengunjung yang memegang langsung dan mengantisipasi terjadi kerusakan.
Karena itu, kata Jamaluddin, dalam rangka menjaga dan merawatnya, maka ke depan segera digitalisasikan, sehingga para wisatawan tidak lagi membuka naskah-naskah tersebut, melainkan dapat dilihat secara virtual.
"Untuk tahap pertama akan dibuatkan digital yang dapat dilihat dari Museum Aceh dulu. Kemudian secara bertahap baru kita buat bisa diakses secara online oleh siapapun dan dari di manapun berada," kata Jamaluddin.
Jamaluddin mengatakan, Museum Aceh menjadi pusat edukasi bagi masyarakat, penelitian, terutama terhadap para mahasiswa dan pelajar di Aceh, karenanya dunia pendidikan harus berkolaborasi dengan Museum Aceh.
"Kita juga terus menggali kemampuan pelajar kita di Aceh tentang sejarah dan kebudayaan Aceh," ujarnya.
Jamaluddin menambahkan, Pemerintah Aceh terus melakukan pembenahan baik dari sisi infrastruktur, revitalisasi untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pengunjung Museum di tengah badai pandemi COVID-19 ini.
"Harapan kita semua masyarakat hingga para wisatawan dapat mempelajari sejarah dan budaya Aceh lewat Museum Aceh ini," demikian Jamaluddin.