Banda Aceh (ANTARA) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bener Meriah, Aceh menyatakan kunjungan wisatawan ke daerah dataran tinggi Gayo itu menurun drastis selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), guna mencegah penyebaran COVID-19.
“Yang jelas tingkat kunjungan wisatawan ke Bener Meriah turun jauh sekali, sekitar 95 persen selama PPKM ini. Tempat-tempat wisata hanya dikunjungi wisatawan lokal saja,” kata Kepala Disbudpar Bener Meriah Irmansyah saat dihubungi dari Kota Banda Aceh, Kamis.
Dia menjelaskan Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Tengah daerah dengan satu kesatuan yang mengikat, yakni destinasi wisata bagi masyarakat yang ingin menikmati udara sejuk di wilayah dataran tinggi Gayo.
Sebelum PPKM, kata Irmansyah, pihaknya melihat kunjungan wisatawan ke Bener Meriah sebagai pintu masuk ke dataran tinggi mulai menunjukkan peningkatan meski di masih tengah pandemi.
Banyak wisatawan dari daerah lain di provinsi berjulukan Tanah Rencong itu yang berwisata ke Bener Meriah seperti Banda Aceh, Lhokseumawe, Bireuen, Aceh Utara, bahkan warga dari luar Aceh.
“Jadi Aceh Tengah dan Bener Meriah secara wisata ini tidak bisa dipisahkan. Walaupun tujuan akhir wisatawan ke Danau Lut Tawar (Aceh Tengah) tapi pintu masuknya ke daerah dataran tinggi ini kita, baik dari Bireuen, Aceh Utara atau jalur udara,” katanya,
Namun kini, dia melanjutkan, tingkat kunjungan ke Bener Meriah menurun drastis. Apalagi Aceh Tengah juga merupakan daerah zona merah atau risiko tinggi penularan virus corona, dengan segala pembatasan. Sementara Bener Meriah zona kuning atau risiko rendah.
“Dan sekarang penerbangan Bandara Rembele (Bener Meriah) juga off, jadi dapat kita simpulkan kunjungan wisatawan ke dataran tinggi Gayo ini, terutama Bener Meriah memang menurun sangat signifikan,” katanya.
Kendati demikian, kata Irmansyah, pemerintah kabupaten tidak menutup tempat-tempat wisata di daerah setempat. Banyak warga lokal yang berwisata, tentu dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Kata dia ada banyak potensi wisata di Bener Meriah seperti pacuan kuda tradisional, gunung berapi Burni Telong, elephant rafting, air terjun tensaran bidin, air terjun berawang tampu, pemandian air panas, wisata kopi dan berbagai destinasi wisata lainnya.
“Saat ini kita lihat kalau spot-spot wisata yang sering dikunjungi itu seperti puncak Burni Telong, meskipun wisata khusus pendakian ya, tapi hampir setiap hari ada tamu. Kemudian destinasi wisata kopi, juga ada kunjungan,” katanya.
Di samping itu, dia menambahkan, ada beberapa kegiatan pariwisata pada 2021 yang harus ditunda seiring pembatasan akibat COVID-19, seperti pacuan kuda tradisional, Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Provinsi Aceh di Bener Meriah, yang rencananya dipadukan dengan festival panen kopi.
“Tapi MTQ tingkat provinsi yang tuan rumahnya Bener Meriah ditunda, jadi dipastikan event-event kita seperti pacuan kuda dalam rangka HUT Bener Meriah tahun ini juga tidak ada, peringatan hari kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus juga tidak ada event,” katanya.