Banda Aceh (ANTARA Aceh) - Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, Aceh, pada 2015 mengembangkan 40 hektare tanaman lada yang dikelola kelompak masyarakat di 27 kecamatan.
Kepala Bidang Perkebunan pada Dinas Perkebunan dan Kehutanan Aceh Utara Lilis Indriansyah di Lhokseumawe, Rabu mengatakan pihaknya mengembangkan tanaman lada yang melibatkan dayah atau pesantren itu sebagai tambahan tanaman komoditi unggulan di daerah itu.
Dikatakan, bibit tanaman lada akan disebar ke sejumlah lahan selama dua tahun.
Alasan pengembangan tanaman lada, menurut Lilis, tanaman lada selain lebih hemat terhadap penggunaan lahan dibandingkan dengan jenis tanaman perkebunan lainnya, juga lebih ekonomis karena harganya tinggi di pasaran.
"Oleh karena itu, untuk pengembangannya kita prioritaskan terlebih dahulu di lahan-lahan yang dikelola oleh pesantren atau dayah, karena tidak luas memakan lahan dan juga lebih ekonomis," ungkap Lilis.
Sementara itu, lanjut dia, untuk pembinaan terhadap pengembangan tanaman lada, pihaknya melalui tenaga penyuluh di tiap kecamatan akan memberikan pembinaan kepada petani.
Namun, kata dia, pihaknya memiliki keterbatasan terhadap pembinaan jenis tanaman komoditi yang hendak dikembangkan tersebut.
Hal itu dikarenakan, anggaran yang ada tidak mencukupi serta hanya mampu untuk pengadaan bibitnya saja, sedangkan untuk alat pertanian belum mampu.
"Untuk penyuluhan akan kita usahakan melalui tenaga penyuluh yang ada di kecamatan, sedangkan untuk pengadaan alat-alat pertanian kita belum mampu. Hanya mampu untuk membagikan bibit kepada kelompok masyarakat untuk dikembangkan," ujar dia.
Lilis juga menambahkan, untuk komoditi perkebunan unggulan di Aceh Utara saat ini, masih tanaman kelapa sawit, kakao dan karet, sedangkan tanaman lada merupakan tanaman alternatif unggulan selanjutnya.
Kepala Bidang Perkebunan pada Dinas Perkebunan dan Kehutanan Aceh Utara Lilis Indriansyah di Lhokseumawe, Rabu mengatakan pihaknya mengembangkan tanaman lada yang melibatkan dayah atau pesantren itu sebagai tambahan tanaman komoditi unggulan di daerah itu.
Dikatakan, bibit tanaman lada akan disebar ke sejumlah lahan selama dua tahun.
Alasan pengembangan tanaman lada, menurut Lilis, tanaman lada selain lebih hemat terhadap penggunaan lahan dibandingkan dengan jenis tanaman perkebunan lainnya, juga lebih ekonomis karena harganya tinggi di pasaran.
"Oleh karena itu, untuk pengembangannya kita prioritaskan terlebih dahulu di lahan-lahan yang dikelola oleh pesantren atau dayah, karena tidak luas memakan lahan dan juga lebih ekonomis," ungkap Lilis.
Sementara itu, lanjut dia, untuk pembinaan terhadap pengembangan tanaman lada, pihaknya melalui tenaga penyuluh di tiap kecamatan akan memberikan pembinaan kepada petani.
Namun, kata dia, pihaknya memiliki keterbatasan terhadap pembinaan jenis tanaman komoditi yang hendak dikembangkan tersebut.
Hal itu dikarenakan, anggaran yang ada tidak mencukupi serta hanya mampu untuk pengadaan bibitnya saja, sedangkan untuk alat pertanian belum mampu.
"Untuk penyuluhan akan kita usahakan melalui tenaga penyuluh yang ada di kecamatan, sedangkan untuk pengadaan alat-alat pertanian kita belum mampu. Hanya mampu untuk membagikan bibit kepada kelompok masyarakat untuk dikembangkan," ujar dia.
Lilis juga menambahkan, untuk komoditi perkebunan unggulan di Aceh Utara saat ini, masih tanaman kelapa sawit, kakao dan karet, sedangkan tanaman lada merupakan tanaman alternatif unggulan selanjutnya.