Meulaboh (ANTARA Aceh) - Badan Pusat Statistik (BPS) menyarankan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat mengadakan pasar murah sembilan bahan pokok (sembako) untuk menekan inflasi akibat rendahnya daya beli masyarakat.
Kepala BPS Aceh Barat Dara Dian di Meulaboh, Rabu mengatakan tekanan dolar terhadap rupiah terjadi saat ini akan terus memicu inflasi daerah itu, yakni dari 0,57 persen pada Juni menjadi 0,84 pada Juli.
"Solusinya pemerintah setempat harus segera tanggap melakukan pasar murah, kalau soal beras mungkin itu sudah ada pihak Bulog dan penyaluran Raskin. Inflasi di wilayah ini bobot tertingginya adalah dari beras," katanya.
Dia mengatakan, sementara pengaruh tekanan dolar terhadap rupiah dampaknya sangat dirasakan oleh pengusaha makro, sementara usaha mikro maupun industri kecil tetap bertahan seperti di alami pengusaha Indonesia saat dilanda krisis moneter.
Sejumlah perusahaan yang menampung tenaga kerja lokal dikawasan itu baik pertambangan maupun perkebunan akan terancam apabila pengeluaran dan pemasukan sudah tidak ssuai akibat nilai tukar rupiah terhadap dolar semakin lemah.
Dara Dian mengatakan, untuk mempertahankan perusahaan tetap bertahan pastinya akan ada strategi penyelamatan managemen, sekalipun itu akan ada efektivitas pembiayaan operasional sampai kepada PHK.
"Perusahaan penampung tenaga kerja untuk Aceh Barat tidak begitu berdampak, terlebih lagi managerial pada perusahaan bukan putra lokal. Imbasnya bisa kepada sopir, satpam sampai buruh kasar yang merupakan tenaga kerja dengan penghasilan menengah kebawah," imbuhnya.
Menurut Dara Dian, saat ini pemerintah di daerah hanya perlu berfokus menekan terjadinya inflasi akibat rendahnya daya beli masyarakat akibat fluktuatifnya harga barang malahan cenderung mengalami kenaikan cukup signifikan.
Apabila kondisi harga barang di pasar tidak stabil terutama pada komoditi beras maka akan sangat mempengaruhi mata barang lainnya, hal tersebut yang membuat kecenderungan semakin rendahnya daya beli masyarakat.
Lebih lanjut dikatakan, meskipun bobot tertinggi inflasi terjadi pada satu jenis yakni beras, akan tetapi sejumlah mata barang sembako lain juga ikut mempengaruhi karena itu langkah tepat dilakukan pemda bukan hanya sekedar operasi pasar.
"Inflasi 0,84 persen ini merupakan tertinggi sepanjang 2015, sementara pada Januari-Maret 2015 daerah kita mengalami deflasi 0,87 persen. Kita hanya mendata setelah adanya hasil ini kita berharap segera ada tindak lanjut dari pemda," katanya menambahkan.
Kepala BPS Aceh Barat Dara Dian di Meulaboh, Rabu mengatakan tekanan dolar terhadap rupiah terjadi saat ini akan terus memicu inflasi daerah itu, yakni dari 0,57 persen pada Juni menjadi 0,84 pada Juli.
"Solusinya pemerintah setempat harus segera tanggap melakukan pasar murah, kalau soal beras mungkin itu sudah ada pihak Bulog dan penyaluran Raskin. Inflasi di wilayah ini bobot tertingginya adalah dari beras," katanya.
Dia mengatakan, sementara pengaruh tekanan dolar terhadap rupiah dampaknya sangat dirasakan oleh pengusaha makro, sementara usaha mikro maupun industri kecil tetap bertahan seperti di alami pengusaha Indonesia saat dilanda krisis moneter.
Sejumlah perusahaan yang menampung tenaga kerja lokal dikawasan itu baik pertambangan maupun perkebunan akan terancam apabila pengeluaran dan pemasukan sudah tidak ssuai akibat nilai tukar rupiah terhadap dolar semakin lemah.
Dara Dian mengatakan, untuk mempertahankan perusahaan tetap bertahan pastinya akan ada strategi penyelamatan managemen, sekalipun itu akan ada efektivitas pembiayaan operasional sampai kepada PHK.
"Perusahaan penampung tenaga kerja untuk Aceh Barat tidak begitu berdampak, terlebih lagi managerial pada perusahaan bukan putra lokal. Imbasnya bisa kepada sopir, satpam sampai buruh kasar yang merupakan tenaga kerja dengan penghasilan menengah kebawah," imbuhnya.
Menurut Dara Dian, saat ini pemerintah di daerah hanya perlu berfokus menekan terjadinya inflasi akibat rendahnya daya beli masyarakat akibat fluktuatifnya harga barang malahan cenderung mengalami kenaikan cukup signifikan.
Apabila kondisi harga barang di pasar tidak stabil terutama pada komoditi beras maka akan sangat mempengaruhi mata barang lainnya, hal tersebut yang membuat kecenderungan semakin rendahnya daya beli masyarakat.
Lebih lanjut dikatakan, meskipun bobot tertinggi inflasi terjadi pada satu jenis yakni beras, akan tetapi sejumlah mata barang sembako lain juga ikut mempengaruhi karena itu langkah tepat dilakukan pemda bukan hanya sekedar operasi pasar.
"Inflasi 0,84 persen ini merupakan tertinggi sepanjang 2015, sementara pada Januari-Maret 2015 daerah kita mengalami deflasi 0,87 persen. Kita hanya mendata setelah adanya hasil ini kita berharap segera ada tindak lanjut dari pemda," katanya menambahkan.