Meulaboh (ANTARA Aceh) - Pemerintah Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, memperingati syahidnya pahlawan nasional Teuku Umar yang ke-117 sebagai bentuk penghormatan kepada salah satu pejuang Kemerdekaan Indonesia.
Bupati Aceh Barat H T Alaidinsyah di Meulaboh, Selasa mengatakan, rangkaian kegiatan dilaksanakan mulai dari aneka lomba pelajar, renungan malam serta napak tilas menelusuri jejak pahlawan nasional dari Aceh itu.
"Malam renungan ini merupakan salah satu wujud penghormatan kita terhadap para pejuang berdarah Aceh yang telah mengorbankan jiwa raganya untuk kemerdekaan Bangsa Indonesia," katanya.
Teuku Umar gugur dalam medan pertempuran pada 11 Februari 1899 atau 117 tahun silam, dia syahid setelah terkena peluru timah penjajah Belanda, tepatnya di "Pasie Suak Ujong Kalak" (pantai ujung kalak).
Monumen sejarah "kupiah meukeutop" (topi) yang digunakan Teuku Umar kemudian terjatuh di lokasi itu menjadi prasasti sejarah serta simbol daerah itu. Monumen topi tersebut telah diabadikan dalam sebuah lokasi taman kecil.
Sejarah Teuku Umar dilarikan pejuang Aceh waktu itu menjadi rute napak tilas pada Rabu (10/2) pagi, ratusan peserta akan mengikuti napak tilas dengan menempuh perjalanan kaki sejauh 45 kilometer menuju makamnya di Desa Mugo Rayek, Kecamatan Panton Reu, Kabupaten Aceh Barat.
Alaidinsyah berharap, melalui kegiatan malam renungan dan pementasan fragmen Teuku Umar di pantai tersebut, dapat menggugah jiwa nasionalis dan semangat patriotik rakyat Indonesia dalam mengisi era kemerdekaan RI.
"Secara khusus, kita patut bersyukur sekaligus berbangga karena salah satu pahlawan kemerdekaan Indonesia lahir dan berjuang di tanah Aceh Barat. Teuku Umar telah berjuang untuk mempertahankan tanah tumpah darahnya untuk kita semua," imbuhnya.
Alaidinsyah menyampaikan, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawan, untuk itu Pemkab Aceh Barat telah menjadikan sebuah tradisi, gugurnya Teuku Umar menjadi salah satu agenda daerah.
Lokasi gugurnya Teuku Umar tersebut dijadikan sebagai salah satu objek pariwisata sejarah, demikian halnya makam berada di Mugo Reyek telah ditetapkan pemerintah Aceh sebagai objek wisata relegi.
tersebut.
"Ini sudah menjadi agenda tahunan, sekaligus kita memperkenalkan objek wisata sejarah di Aceh Barat. Dengan harapan masyarakat, generasi muda dan rakyat Indonesia mengetahui bahwa ada pahlawan nasional yang lahir dan berjuang di daerah ini," katanya.
Memeriahkan acara tersebut, Pemkab Aceh Barat mengadakan lomba baca puisi dan lagu perjuangan sejak 6 Februari 2016, kemudian pementasan drama Teuku Umar, napak tilas yang diikuti oleh 25 kelompok (sembilan pramuka se-Aceh dan 16 SKPK/kecamatan dengan memperebutkan hadian senilai Rp67 juta.
Kemudian dilaksanakan juga pengajian dan doa bersama pada 10 Februari 2016 di komplek Makam Teuku Umar di Meugo Rayeuk, Kecamatan Panton Reu, serta upacara ziarah dan kenduri rakyat pada 11 Februari 2016 di komplek makam tersebut.
Bupati Aceh Barat H T Alaidinsyah di Meulaboh, Selasa mengatakan, rangkaian kegiatan dilaksanakan mulai dari aneka lomba pelajar, renungan malam serta napak tilas menelusuri jejak pahlawan nasional dari Aceh itu.
"Malam renungan ini merupakan salah satu wujud penghormatan kita terhadap para pejuang berdarah Aceh yang telah mengorbankan jiwa raganya untuk kemerdekaan Bangsa Indonesia," katanya.
Teuku Umar gugur dalam medan pertempuran pada 11 Februari 1899 atau 117 tahun silam, dia syahid setelah terkena peluru timah penjajah Belanda, tepatnya di "Pasie Suak Ujong Kalak" (pantai ujung kalak).
Monumen sejarah "kupiah meukeutop" (topi) yang digunakan Teuku Umar kemudian terjatuh di lokasi itu menjadi prasasti sejarah serta simbol daerah itu. Monumen topi tersebut telah diabadikan dalam sebuah lokasi taman kecil.
Sejarah Teuku Umar dilarikan pejuang Aceh waktu itu menjadi rute napak tilas pada Rabu (10/2) pagi, ratusan peserta akan mengikuti napak tilas dengan menempuh perjalanan kaki sejauh 45 kilometer menuju makamnya di Desa Mugo Rayek, Kecamatan Panton Reu, Kabupaten Aceh Barat.
Alaidinsyah berharap, melalui kegiatan malam renungan dan pementasan fragmen Teuku Umar di pantai tersebut, dapat menggugah jiwa nasionalis dan semangat patriotik rakyat Indonesia dalam mengisi era kemerdekaan RI.
"Secara khusus, kita patut bersyukur sekaligus berbangga karena salah satu pahlawan kemerdekaan Indonesia lahir dan berjuang di tanah Aceh Barat. Teuku Umar telah berjuang untuk mempertahankan tanah tumpah darahnya untuk kita semua," imbuhnya.
Alaidinsyah menyampaikan, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawan, untuk itu Pemkab Aceh Barat telah menjadikan sebuah tradisi, gugurnya Teuku Umar menjadi salah satu agenda daerah.
Lokasi gugurnya Teuku Umar tersebut dijadikan sebagai salah satu objek pariwisata sejarah, demikian halnya makam berada di Mugo Reyek telah ditetapkan pemerintah Aceh sebagai objek wisata relegi.
tersebut.
"Ini sudah menjadi agenda tahunan, sekaligus kita memperkenalkan objek wisata sejarah di Aceh Barat. Dengan harapan masyarakat, generasi muda dan rakyat Indonesia mengetahui bahwa ada pahlawan nasional yang lahir dan berjuang di daerah ini," katanya.
Memeriahkan acara tersebut, Pemkab Aceh Barat mengadakan lomba baca puisi dan lagu perjuangan sejak 6 Februari 2016, kemudian pementasan drama Teuku Umar, napak tilas yang diikuti oleh 25 kelompok (sembilan pramuka se-Aceh dan 16 SKPK/kecamatan dengan memperebutkan hadian senilai Rp67 juta.
Kemudian dilaksanakan juga pengajian dan doa bersama pada 10 Februari 2016 di komplek Makam Teuku Umar di Meugo Rayeuk, Kecamatan Panton Reu, serta upacara ziarah dan kenduri rakyat pada 11 Februari 2016 di komplek makam tersebut.