Ankara (ANTARA Aceh) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Rabu (17/2) mengatakan negaranya tak berencana berhenti membom petempur Partai Uni Demokratik Kurdi (PYD) di Suriah, yang oleh Ankara di kategorikan sebagai cabang Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
PKK dicap oleh Turki sebagai organisasi teroris dan dilarang. "Saat ini, saya menghadapi kesulitan untuk memahami Amerika, yang masih belum memasukkan atau masih belum menyebut PYD dan YPG sebagai teroris dan mengatakan akan terus mendukung YPG," kata Erdogan.
Washington mengakui PKK sebagai kelompok tapi tidak PYD dan milisinya, Satuan Perlindungan Rakyat (YPG).
Kemajuan cepat petempur Kurdi Suriah, yang didukung AS dan memanfaatkan serangan udara Rusia di wilayah tersebut untuk merebut wilayah di dekat perbatasan Turki, telah membuat geram Ankara. Sebagai tanggapan, Turki telah membom posisi YPG selama berhari-hari.
"Mereka memberitahu Turki ini: Berhenti membom PYD dan YPG. Bukan tersinggung, tapi kami memiliki pikiran seperti itu. Jika seseorang menembakkan howitzer atau peluru ke Turki, mereka akan menghadapi reaksi berulang-kali lebih banyak," kata Erdogan sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi. Erdogan menyalahkan PBB karena tetap tak bertindak apa-apa mengenai perbuatan yang ia sebut "kejahatan terhadap manusia" oleh Rusia di Suriah.
"Rusia telah memperlihatkan (warna asli)-nya dengan berdiri di samping pembunuh dan tiran (Presiden Suriah Bashar) al-Assad --yang telah mengakibatkan kematian hampir 500.000 orang. Saat ini, (Rusia) nyaris melakukan kejahatan yang sangat serius terhadap umat manusia dan kejahatan perang dengan bom yang telah dikucurkannya sekarang. Apa yang dikatakan PBB? Jika dikonfirmasi, ini adalah kejahatan perang," kata Erdogan.
Erdogan juga memperingatkan krisis pengungsi, yang telah membuat 1,1 juta orang memasuki Eropa tahun lalu, akan bertambah parah, jika konflik di Suriah tidak berakhir.
"Tak peduli (apakah) Barat bertindak dengan keras, dengan cara tak kenal kasihan, atau tidak, mereka tak bisa mengendalikan arus masuk pengungsi," katanya. Ditambahkannya, "Harus ada konsensus segera mengenai ditemukannya penyelesaian bagi krisis Suriah." (Uu.C003)
PKK dicap oleh Turki sebagai organisasi teroris dan dilarang. "Saat ini, saya menghadapi kesulitan untuk memahami Amerika, yang masih belum memasukkan atau masih belum menyebut PYD dan YPG sebagai teroris dan mengatakan akan terus mendukung YPG," kata Erdogan.
Washington mengakui PKK sebagai kelompok tapi tidak PYD dan milisinya, Satuan Perlindungan Rakyat (YPG).
Kemajuan cepat petempur Kurdi Suriah, yang didukung AS dan memanfaatkan serangan udara Rusia di wilayah tersebut untuk merebut wilayah di dekat perbatasan Turki, telah membuat geram Ankara. Sebagai tanggapan, Turki telah membom posisi YPG selama berhari-hari.
"Mereka memberitahu Turki ini: Berhenti membom PYD dan YPG. Bukan tersinggung, tapi kami memiliki pikiran seperti itu. Jika seseorang menembakkan howitzer atau peluru ke Turki, mereka akan menghadapi reaksi berulang-kali lebih banyak," kata Erdogan sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi. Erdogan menyalahkan PBB karena tetap tak bertindak apa-apa mengenai perbuatan yang ia sebut "kejahatan terhadap manusia" oleh Rusia di Suriah.
"Rusia telah memperlihatkan (warna asli)-nya dengan berdiri di samping pembunuh dan tiran (Presiden Suriah Bashar) al-Assad --yang telah mengakibatkan kematian hampir 500.000 orang. Saat ini, (Rusia) nyaris melakukan kejahatan yang sangat serius terhadap umat manusia dan kejahatan perang dengan bom yang telah dikucurkannya sekarang. Apa yang dikatakan PBB? Jika dikonfirmasi, ini adalah kejahatan perang," kata Erdogan.
Erdogan juga memperingatkan krisis pengungsi, yang telah membuat 1,1 juta orang memasuki Eropa tahun lalu, akan bertambah parah, jika konflik di Suriah tidak berakhir.
"Tak peduli (apakah) Barat bertindak dengan keras, dengan cara tak kenal kasihan, atau tidak, mereka tak bisa mengendalikan arus masuk pengungsi," katanya. Ditambahkannya, "Harus ada konsensus segera mengenai ditemukannya penyelesaian bagi krisis Suriah." (Uu.C003)