Banda Aceh (ANTARA) - Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) berhasil meraih doble crown kata Dekan FEB UI Teguh Dartanto.
“Double Crown merupakan istilah bergengsi bagi sekolah bisnis yang telah berhasil memperoleh dua akreditasi dari tiga badan akreditasi internasional ternama, yaitu AACSB, AMBA, dan EQUIS,” kata Dekan FEB UI dalam keterangan tertulis diterima di Banda Aceh.
Ia menjelaskan prestasi tersebut diraih setelah Program Studi Magister Manajemen (MM) kembali meraih akreditasi dari Association of MBAs (AMBA).
“Prestasi cemerlang ini menegaskan komitmen berkelanjutan FEB UI terhadap keunggulan dalam pendidikan manajemen dan bisnis,” katanya.
Menurut dia diraihnya akreditasi bergengsi tersebut, setelah FEB UI memperoleh akreditasi kelas dunia lainnya yakni Akreditasi Association to Advance Collegiate School of Business (AACSB) pada akhir Oktober.
Menurut dia lewat kedua akreditasi tingkat internasional tersebut menjadikan FEB UI sebagai satu-satunya sekolah bisnis di Indonesia yang berhasil memperoleh “Double Crown”.
Ia mengatakan Re-akreditasi AMBA bukanlah akhir dari perjalanan, karena re-akreditasi merupakan sarana bagi FEB UI untuk secara berkesinambungan mendidik pemimpin yang inklusif, relevan, dan bereputasi.
Menurut Teguh, keberhasilan memperoleh kembali Akreditasi AMBA ini juga tidak lepas dari peran serta semua staf, baik pengajar maupun tenaga kependidikan yang sangat terlibat dalam proses ini.
Tim Asesor juga mengapresiasi proses belajar mahasiswa yang terlibat dengan industri dan koneksi global.
Teguh menambahkan akreditasi AMBA memiliki cakupan dan jangkauan internasional, dan AMBA memastikan bahwa program yang terakreditasi harus memiliki standar tertinggi dan mencerminkan inovasi dalam pendidikan manajemen pasca sarjana.
“Proses akreditasinya mencerminkan komitmen untuk mendorong inovasi, dan menuntut sekolah bisnis untuk terus tampil di tingkat tertinggi. Kriteria penilaian AMBA yang ketat memastikan bahwa hanya program berkaliber tertinggi yang menunjukkan standar terbaik dalam pengajaran, kurikulum, dan interaksi siswa yang dapat mencapai akreditasi,” kata Teguh.
Sementara itu, Andrew Main Wilson, Chief Executive Association of MBAs and Business Graduates Association (BGA) mengatakan FEB UI merupakan bagian penting dari jaringan AMBA, yang hanya mencakup 2 persen sekolah bisnis teratas di dunia.
“Jaringan ini memperjuangkan praktik terbaik, manajemen yang bertanggung jawab, dan keberlanjutan. Saya berharap dapat terus bekerja sama dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia di masa mendatang,” kata Andrew lugas.
Sebelumnya, pada 28 Oktober 2022, FEB UI telah resmi meraih Akreditasi AACSByang bergengsi. Terdapat 12 program studi di FEB UI yang terakreditasi oleh AACSB termasuk prodi Magister Manajemen.
Direktur Program Magister Manajemen FEB UI Prof Rofikoh Rokhim mengatakan akreditasi AMBA merupakan suatu wujud continuous improvement.
“Bagi MM FEB UI, ini merupakan proses perbaikan terus menerus dalam upaya mencapai misi dari institusi. Kami berharap ke depan MM FEB UI dengan Double Crownini, akan terus menyelenggarakan pendidikan magister berkualitas serta menjadi benchmarkbagi pengembangan program MM dari berbagai lembaga pendidikan lainnya di Indonesia, serta semakin mampu menghasilkan lulusan yang menjadi pemimpin bisnis yang beretika dan dapat bersaing secara global,” kata Rofikoh.
Selain memperoleh akreditasi Double Crown, MM FEB UI merupakan satu-satunya sekolah bisnis di Indonesia bersama 31 sekolah bisnis ternama dunia tergabung dalamGlobal Network for Advance Management (GNAM), jaringan sekolah bisnis global yang diprakarsai olehYale School of Management.
Anggota dari jaringan ini merupakan sekolah bisnis terpilih, antara lainHaas School of Business, University of California Berkeley (Amerika Serikat), HEC (Prancis), Saïd Business School, University of Oxford (Inggris), dan ESMT Berlin (Jerman).
“Lewat kerjasama ini, MM FEB UI mengembangkan kurikulum yang menjawab kebutuhan global, dan serta mahasiswa MM FEB UI dapat mengikuti program di berbagai kampus besar dunia dengan memanfaatkan jaringan alumni dan mahasiswa dari kampus-kampus ternama di 30 negara,” demikian Rofikoh.