Surabaya (ANTARA) - Sekitar 65 ribu warga yang terdiri atas pelajar dan anggota sanggar tari ikut menyukseskan Tari Remo masuk Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) yang dipusatkan di Jembatan Suroboyo, Kota Surabaya, Jatim, Minggu pagi.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berencana menjadikan Tari Remo sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler wajib di tingkat SD dan SMP, baik negeri maupun swasta di Kota Pahlawan.
"Ini dilakukan untuk mengusung semangat para siswa dalam menjaga kearifan budaya lokal," kata Cak Eri panggilan lekatnya.
Selain dipusatkan di Jembatan Suroboyo, kegiatan Tari Remo massal yang digelar serentak mulai pukul 07.00 WIB ini lokasinya juga terbagi di sejumlah tempat bersejarah di antaranya, Jembatan Merah, Tugu Pahlawan, Jalan Tunjungan, Jembatan Sawunggaling, Halaman Balai Kota, Alun-Alun Balai Pemuda Surabaya, Taman Bungkul, Taman Apsari, Taman 10 November, dan halaman SD-SMP se-Surabaya.
Cak Eri mengatakan banyak siswa di Kota Pahlawan belum mengetahui arti dan makna Tari Remo. Maka, melalui kegiatan ekstrakurikuler wajib tersebut, Cak Eri meyakini Budaya Arek di Kota Surabaya dapat terus dipertahankan.
"Kami akan berdiskusi lagi, mungkin setiap sekolah akan ada ekstrakurikuler wajib untuk Tari Remo. Filosofinya untuk menjaga kearifan lokal, Tari Remo juga ada arti dan maknanya. Coba tanya itu anak-anak tahu maknanya Tari Remo? Tidak tahu semua, maka itu ekstrakurikuler wajib, jadi Budaya Arek Surabaya bisa terus dipertahankan," kata dia.
Untuk itu, Cak Eri menginginkan, masyarakat di Kota Pahlawan menjaga budaya lokal, salah satunya dengan melestarikan Tari Remo, serta menunjukkan budaya khas Kota Pahlawan agar tidak diakui oleh orang lain.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga, serta Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya Heri Purwadi mengatakan alasan memilih Tari Remo dalam agenda pemecahan Rekor MURI tersebut karena Tari Remo sudah menjadi kesenian yang selalu ada setiap agenda Kota Surabaya.
"Di Surabaya sendiri, setiap tahun selalu diagendakan setiap Hari Jadi Kota Surabaya ada Tari Remo. Nah, kenapa kami tidak mencatatkan itu sebagai Rekor MURI. Tetapi yang terpenting adalah lebih ke pengenalan sejarah dan rekor MURI itu sebagai bonus," kata Heri.
Apalagi, Heri menyebutkan, selain di sekolah-sekolah, saat ini Pemkot Surabaya juga membuka rumah-rumah kreatif yang ada di Balai Pemuda. Termasuk pula menempatkan pelatih-pelatih di setiap kecamatan untuk memberikan pelatihan dasar Tari Remo kepada masyarakat.
"Akhirnya tahun ini, kami sepakat untuk mencatatkan Rekor MURI (Tari Remo) unik, bukan berdasarkan jumlah. Saat pertama kami mendaftarkan (MURI) jumlah, ada masukan akhirnya kami sepakat di tempat uniknya. Mana uniknya? Yaitu jembatan dan tempat-tempat sejarah," kata dia.
Menurut dia, untuk mengurangi mobilitas di pusat kegiatan Jembatan Suroboyo dan lokasi-lokasi bersejarah, maka teknis pelaksanaan Tari Remo massal ini disebar ke masing-masing sekolah. Untuk mendukung kegiatan ini, Dinas Pendidikan Surabaya telah bekerja sama dengan para kepala sekolah. Sedangkan kehadiran Tim MURI mendapatkan dukungan dari Bank Jatim.
"Karenanya untuk mengurangi mobilitas, mereka (peserta pelajar) tetap dikaryakan di sekolah-sekolah. Jadi tidak semuanya ditaruh di titik-titik bersejarah, tapi juga di sekolah-sekolah," kata dia.