Banda Aceh (ANTARA) - Dinas Perkebunan, Peternakan, dan Kesehatan Hewan Kabupaten Aceh Utara mencatat seluas 263 hektare lahan perkebunan di daerah itu terendam banjir yang terjadi sejak beberapa hari terakhir.
Kepala Bidang Perkebunan pada Dinas Perkebunan, Peternakan, dan Kesehatan Hewan Kabupaten Aceh Utara Ichsan di Lhokseumawe, Kamis, mengatakan ratusan hektare perkebunan terendam banjir tersebut tersebar di empat kecamatan.
"Dari data petugas, perkebunan yang terendam yakni sawit, kakao, dan pinang. Ketinggian banjir yang merendam perkebunan tersebut bervariasi, berkisar hingga beberapa puluh sentimeter," kata Ichsan.
Ichsan mengatakan 263 hektare perkebunan yang terendam banjir tersebut meliputi Kecamatan Langkahan, Kecamatan Lhoksukon, Kecamatan Pirak Timu, dan Kecamatan Matang Kuli.
Dari 263 hektare perkebunan terendam banjir tersebut di antaranya 193 hektare tanaman sawit, 53 hektare perkebunan kako, dan 17 hektare perkebunan pinang.
"Perkebunan yang terendam hanya dalam waktu sehari saja, sehingga tidak terlalu berdampak terhadap sawit dan pinang. Namun, untuk kakao cukup berdampak karena jika terlalu lama, tanaman bisa mati," kata Ichsan.
Selain bisa mematikan tanaman, kata Ichsan, tanaman kakao yang terendam banjir juga berdampak pada produktivitas buah. Sebab, banjir bisa menyebabkan pohon dan daun kering.
Kondisi tersebut, kata Ichsan, tanaman disebut sakit, sehingga membutuhkan pengobatan agar bisa kembali berproduksi. Jika tidak, maka tanaman akan mati dan hal itu tentu merugikan petani.
"Kami terus mendata perkebunan, terutama tanaman kakao yang terendam banjir. Tujuannya, untuk mengetahui berapa banyak tanaman yang terdampak, sehingga nantinya bisa diupayakan untuk program pemulihan tanaman," kata Ichsan.