Banda Aceh (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) mengimbau masyarakat provinsi paling barat Indonesia itu agar aktif meminimalisir potensi bencana banjir dan tanah longsor dengan cara menjaga kawasan hutan sebagai penampung air hujan.
Kepala Pelaksana BPBA Ilyas, di Banda Aceh, Jumat, mengatakan tingginya frekuensi banjir di Aceh disebabkan oleh semakin banyaknya kerusakan hutan (deforestasi) yang menyebabkan degradasi hutan, sehingga kemampuan hutan untuk menampung air hujan semakin melemah.
“BMKG di awal tahun 2023 memang sudah memberi peringatan tingginya frekuensi hujan di beberapa wilayah Aceh, namun bencana banjir juga bisa terjadi akibat perambahan hutan dan pembalakan liar yang tidak terkendali,” katanya dalam keterangan diterima di Banda Aceh.
Baca juga: Perbaikan tanggul jebol menjadi skala prioritas Pj Bupati Aceh Tamiang
Ia menjelaskan banjir di Aceh merupakan akumulasi dari dampak kerusakan lingkungan hidup yang terjadi di hulu maupun hilir, sehingga sangat penting untuk memberikan pengetahuan dan meningkatkan kesadaran masyarakat.
“Terutama mengenai bencana banjir, dampak yang ditimbulkan dan bagaimana harus bersikap dalam menghadapi bahaya banjir,” ujarnya.
BPBA mencatat banjir dan tanah longsor menjadi bencana paling banyak terjadi di Tanah Rencong itu pada awal 2023. Dari seluruh bencana yang berjumlah 49 kejadian, banjir tercatat sebanyak 16 kejadian dan longsor 14 kejadian.
“Sedangkan kebakaran pemukiman 12 kejadian, banjir dan longsor empat kejadian, dan Kebakaran hutan dan lahan dua kejadian, serta gempa bumi satu kali kejadian,” ujarnya.
Baca juga: XL Axiata bantu korban banjir di Kabupaten Pidie
Dia menambahkan, banjir besar berulang dua kali kejadian di Kabupaten Aceh Tamiang, yaitu pada 16 dan 21 Januari 2023. Bahkan, dalam bencana jua merenggut dua orang korban jiwa M Yakob (82) dan Atta Hafiz Al Faris (3), akibat terseret arus.
Banjir Aceh Tamiang tersebar di 30 desa pada 12 kecamatan yang merendam 595 rumah dan berdampak pada 14.486 jiwa dalam 4.447 kepala keluarga dengan total pengungsi 2.994 orang, serta prakiraan kerugian mencapai Rp22 miliar.
Kemudian, disusul banjir Aceh Utara pada 20 Januari 2023, dengan total pengungsi 6.229 orang. Banjir ini tersebar di 84 desa pada tujuh kecamatan yang berdampak pada 18.154 jiwa dalam 5.147 kepala keluarga.
Menurut Ilyas, daerah paling banyak mengalami kejadian bencana pada Januari 2023, meliputi adalah Aceh Besar sebanyak 10 kejadian dan Aceh Tengah sebanyak sembilan kejadian, serta Bener Meriah sebanyak lima kejadian.
“Total kerugian secara keseluruhan yang disebabkan oleh semua bencana pada bulan Januari 2023 di Aceh sebesar Rp58 miliar,” ujarnya.
Baca juga: Banjir di Kabupaten Pidie berangsur surut