Jakarta (ANTARA) -
Ia menyebutkan sinergi dan dukungan berkesinambungan dari pemegang saham pengendali, yakni Bangkok Bank Public Company Limited (PCL), mempertahankan posisi PermataBank dalam jajaran 10 bank komersial terbesar di Indonesia.
Dari sisi pendanaan, simpanan nasabah meningkat 8,8 persen (yoy) menjadi Rp195,6 triliun, terutama dikontribusi dari pertumbuhan giro dan tabungan sebesar 16,8 persen (yoy), sejalan dengan strategi Bank untuk memfokuskan pertumbuhan simpanan nasabah dengan biaya dana yang lebih murah untuk mendukung penyaluran kredit dengan suku bunga yang lebih bersaing dalam jangka panjang di tengah tren kenaikan suku bunga pasar.
Biaya dana yang efisien, menurut Meliza, akan memperkuat posisi Bank dalam menyalurkan kredit perbankan dengan suku bunga yang bersaing. Sejalan dengan hal ini, rasio dana murah (Current Account Saving Account/CASA) bank meningkat menjadi 58 persen, lebih tinggi dibandingkan posisi akhir Desember 2021 sebesar 54 persen.
Kendati begitu, PermataBank tetap menjalankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit yang diberikan mengingat perlambatan ekonomi global yang disertai dengan peningkatan suku bunga global dan secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh terhadap risiko kredit inheren.
Dengan demikian, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) bruto terjaga pada posisi 3,1 persen pada Desember 2022 atau membaik dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2021 sebesar 3,2 persen. Rasio NPL netto yang mencerminkan kebijaksanaan dalam pembentukan cadangan kerugian kredit juga mengalami perbaikan menjadi 0,4 persen dibandingkan dengan 0,7 persen, dimana rasio NPL coverage terjaga baik di kisaran 240 persen.
Selain itu, perusahaan terus mengupayakan penyelesaian kredit bermasalah melalui upaya restrukturisasi, litigasi, dan penjualan aset.
Sejalan dengan penurunan rasio NPL, rasio kredit berisiko (Loan at Risk/LAR) juga mengalami perbaikan yang cukup signifikan dari 14,6 persen di tahun 2021 menjadi 10,9 persen pada akhir tahun 2022.
PermataBank senantiasa menjaga dan melanjutkan perbaikan kualitas aset, meskipun Bank telah menambahkan pencadangan kerugian kredit (bersih) sebesar Rp2,4 triliun selama tahun 2022 untuk memastikan kecukupan pencadangan terkait kondisi perekonomian domestik dan global yang diperkirakan masih mengalami tantangan yang cukup signifikan di tahun 2023.
Di tengah kenaikan inflasi akibat kenaikan harga pangan dan bahan bakar, PermataBank pun berhasil mempertahankan rasio biaya pendapatan (Cost of Income Ratio/CIR) stabil pada level sekitar 55 persen.
Sementara itu, rasio permodalan PermataBank merupakan salah satu yang terkuat di antara 10 besar bank komersial, dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) dan tingkat ekuitas umum (Common Equity Tier/CET) 1 masing-masing sebesar 34,2 persen dan 25,7 persen, dimana hal ini menjadi modal bagi Bank untuk mempercepat pertumbuhan bisnis baik secara organik maupun anorganik.