FPRB ajak masyarakat Aceh tingkatkan kesiapsiagaan bencana

Arsip foto - Guru menerapkan protokol kesehatan mengobati muridnya yang mengalami luka ringan saat simulasi gempa dan tsunami di Sekolah Luar Biasa (SLB) Desa Lamjabat, Banda Aceh, Aceh. Simulasi gempa dan tsunami sebagai bentuk edukasi dalam upaya meningkatkan kewaspadaan dan mengurangi resiko bencana di lingkungan sekolah yang berada di daerah rawan bencana. ANTARA FOTO/Ampelsa

Banda Aceh (ANTARA) - Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Provinsi Aceh mengajak masyarakat untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana, sehingga risiko ketika terjadi bencana dapat dikurangi.

Ketua FPRB Provinsi Aceh Hasan Dibangka di Banda Aceh, Selasa, mengatakan Provinsi Aceh termasuk wilayah rawan bencana. Oleh karena itu, masyarakat Aceh harus terus meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana.

"Sebagai masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana, maka kesiapsiagaan ini harus terus ditingkatkan. Kesiapsiagaan ini bagian dari mitigasi bencana atau mengurangi dampak negatif dari sebuah bencana," katanya.

Hasan Dibangka mengatakan bencana bisa saja diprediksi, tetapi tidak bisa diketahui kapan pastinya terjadi. Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak dari sebuah bencana, maka dibutuhkan kesiapsiagaan.

Menurut dia, peningkatan kesiapsiagaan tersebut bisa dilakukan dengan memperbanyak pelatihan maupun simulasi. Dari pelatihan maupun simulasi tersebut akan lahir kebiasaan yang berdampak langsung pada kemampuan mitigasi bencana

"Kesiapsiagaan ini terus dibangun, sehingga masyarakat Aceh menjadi tangguh bencana. Bencana dahsyat 26 Desember 2004 menjadi menjadi pengalaman bagi masyarakat Aceh untuk tangguh bencana," katanya.

Saat ini, kata Hasan Dibangka, FPRB Aceh sedang menyiapkan bulan pengurangan risiko bencana (PRB). Bulan PRB tersebut diperingati setiap pertengahan Oktober setiap tahunnya.

Menurut dia, persiapan bulan PRB tersebut di antaranya mengoptimalkan fungsi bangunan penyelamatan yang biasa disebut masyarakat dengan sebutan Escape Building. Gedung penyelamatan tersebut ada beberapa unit di Kota Banda Aceh.

"Kami terus berupaya mengoptimalkan keberadaan gedung penyelamatan tersebut. Selain untuk mitigasi bencana, bangunan tersebut juga bisa digunakan untuk kegiatan kemasyarakatan, sehingga keberadaan bangunan menjadi lebih optimal," kata Hasan Dibangka.