Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Aksi Cepat Tanggap (ACT) Aceh akan mengirim 1.000 ton beras sebagai bantuan kemanusiaan kepada rakyat Suriah yang saat ini sedang dilanda konflik berkepanjangan.
"Kami dalam waktu dekat ini akan mengirim 1.000 ton beras bantuan Suriah. Bantuan yang dikenal dengan kapal kemanusiaan ini akan langsung dikirim dari Aceh," kata Kepala ACT Cabang Aceh Husaini Ismail di Aceh Besar, Senin.
Pernyataan tersebut disampaikan Husaini Ismail usai panen raya beras untuk Suriah di Gampong Lampuuk, Kecamatan Kuta Baro, Aceh Besar. Panen raya beras untuk Suriah turut dihadiri Senior Vice Presiden ACT Imam Akbari, Wakil Ketua MPU Aceh Tgk Faisal Ali serta para petani setempat.
Husaini Ismail mengatakan, 1.000 ton beras tersebut akan dikumpulkan dari seluruh Aceh, termasuk padi hasil panen raya di Aceh Besar. Nantinya, beras tersebut diberangkatkan dengan kapal kemanusiaan pada 21 April mendatang.
"Kami berharap dalam sebulan ini terkumpul 1.000 ton beras dari Aceh untuk kemanusiaan rakyat Suriah. Selain ke Suriah, sebelumnya juga ACT Cabang Aceh juga mengirim beras kemanusiaan ke Sudan dan Palestina," kata Husaini Ismail.
Senior Vice Presiden ACT Imam Akbari mengapresiasi masyarakat Aceh yang tiada hentinya memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat di sejumlah negara, di antaranya rakyat Sudan, Suriah, Palestina, hingga Rohingya di Myanmar.
"Bantuan tersebut sebagai bentuk kepedulian masyarakat Aceh terhadap saudaranya di negara lain yang sedang dilanda konflik. Dan kami berupaya menyalurkan bantuan tersebut sesegera mungkin," kata Imam Akbari.
Sementara itu, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Tgk Faisal Ali menyatakan, masyarakat Aceh dikenal peduli terhadap sesama. Padahal mereka tidak mengenal sama sekali rakyat Suriah, Palestina, ataupun Rohingya.
Tgk Faisal Ali menambahkan kepedulian terhadap sesama tersebut sudah ada sejak generasi sebelumnya, sehingga ketika ada orang dari negara lain yang membutuhkan, masyarakat Aceh langsung membantunya.
"Saling membantu tersebut sudah menjadi budaya masyarakat Aceh, tidak peduli apa aqidahnya dan di mana mereka berada, namun mereka sedang dilanda musibah," pungkas Tgk Faisal Ali.