Peureulak (Antaranews Aceh) - Buaya muara yang ditangkap warga di pedalaman Kecamatan Rantau Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, akhirnya mati, diduga akibat stres dan dehidrasi.
"Kematian disebabkan stres dan dehidrasi. Ini hasil pengecekan petugas BKSDA Aceh Resort 12 Langsa, terhadap penangkapan buaya muara dipedalaman Aceh Timur," kata Kepala BKSDA Aceh, Sapto Aji Prabowo, Senin malam.
Ia menambahkan, ketika petugas tiba di lokasi buaya muara berjenis kelamin jantan itu sudah mati. Lalu dilakukan pemeriksaan dan secara alamiah tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan.
"Kebiasaan buaya muara jika tidak disiram air akan mengalami stres dan dehidrasi. Lama-kelamaan akan mati. Oleh karenanya, ke depan kita imbau masyarakat tidak lagi menangkap buaya, apalagi menyakitinya," ujar Sapto.
Jika melihat buaya muara naik ke darat, diharap masyarakat segera melapor ke petugas BKSDA setempat atau aparat kepolisian terdekat, apalagi tiap desa saat ini sudah memiliki Bhabinkamtibmas (Polri) atau Babinsa (TNI).
"Zaman sekarang serba mudah, karena kita memiliki alat komunikasi pribadi. Jadi, silakan hubungi TNI/Polri atau petugas BKSDA di tiap daerah," kata Sapto.
Untuk buaya muara yang ditemukan di kebun sawit warga Senin (16/7) dinihari, petugas BKSDA memutuskan untuk dilakukan penguburan bersama masyarakat di lokasi ditemukan sebelumnya, sekitar pukul 16.00 WIB.
Sebagaimana diketahui, seekor buaya muara kepergok masyarakat di kebun sawit Nurjannah di Desa Pulo Blang, Kecamatan Ranto Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, sekira pukul 00.30 WIB.
Setelah ditangkap dan diikat, lalu buaya itu diikat pada batang pohon. Namun pagi hari buaya itu sudah tidak bergerak dan saat petugas BKSDA tiba di lokasi dipastikan buaya itu sudah mati.