Banda Aceh (ANTARA) - Ketua Harian KONI Aceh Kamaruddin Abu Bakar atau akrab disapa Abu Razak menyatakan pihaknya masih mengalami kekurangan anggaran dalam persiapan kualifikasi Pra PON XX/Papua 2020 dan Pekan Olahraga Wilayah (Porwil) X Sumatera di Bengkulu.
“Tahun ini, kita mengajukan permohonan Rp42 miliar tapi yang dikabulkan Rp20 miliar. Anggaran sebesar ini, kita agak berat. Kita harapkan ada tambahan anggaran dalam perubahan," katanya di Banda Aceh, Rabu.
Ia menjelaskan jika anggaran tidak bertambah maka dirinya mengkhawatirkan atlet dari 11 cabang olahraga yang akan berlaga di Porwil X di Bengkulu pada November mendatang akan berangkat menggunakan transportasi darat atau bus, mengingat harga tiket pesawat begitu mahal dan anggaran KONI Aceh tidak mencukupi.
Baca juga: Aceh targetkan 10 besar PON 2020 Papua
“Sekarang kita dari Aceh ke Jakarta dulu, dari Jakarta baru ke Bengkulu, cost-nya mungkin Rp10 juta per orang. Kalau anggaran tidak ada tambahan mungkin kita harus cari solusi lain, contohnya harus pergi dengan bus, Porwil sudah dekat,” kata Abu Razak, menambahkan.
Sementara itu, Sekretaris KONI Aceh M Nasir Syamaun juga menyebutkan karena kekurangan anggaran tersebut salah satu yang menjadi alasan dilakukannya pembagian kategori prioritas dalam pelaksanaan pemusatan latihan daerah (pelatda) Pra PON XX dan Porwil X.
Ia menjelaskan perbedaannya pada pelatda desentralisasi dan sentralisasi. Prioritas satu dan dua akan melakukan pelatda desentralisasi serta sentralisasi. Sementara prioritas ketiga dan keempat hanya melakukan pelatda desentralisasi.
Baca juga: 254 atlet Aceh mulai pelatda pekan olahraga wilayah
Sentralisasi yakni para atlet yang melakukan pelatda yang disediakan gaji, akomodasi, konsumsi, serta ekstra poding dan lainnya. Sementara desentralisasi atlet yang hanya digaji setiap bulannya, namun tidak dikarantina atau diberikan penginapan selama pelatda.
“Sejauh ini kita baru dapat uang Rp20 milliar untuk Pra PON XX dan Porwil X. Dana sebesar itu sejauh ini tidak mencukupi, makanya kita pisah begini (pembagian kategori prioritas pelatda),” kata Nasir.
Apalagi kata Nasir, Aceh dan Sumatera Utara akan menjadi tuan rumah PON 2024. Maka mempersiapkan atlet dengan mental juara minimal membutuhkan waktu empat tahun, tidak bisa secara instan.
“Nanti kalau dikasih uang banyak di tahun 2022 atau 2023 enggak tahu lagi mau kita mau bikin apa, harusnya dari sekarang atlet ini kita persiapkan selama empat tahun menuju PON (Aceh-Sumut),” ungkap Nasir.
Anggaran KONI Aceh masih kurang, atlet Porwil X terancam berangkat dengan bus
Kamis, 25 Juli 2019 8:20 WIB