Meulaboh (ANTARA) - Pemanfaatan dana desa yang dikucurkan oleh pemerintah sejak tahun 2015 lalu di Desa Suak Ribee, Kecamatan Johan Pahlawan, Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat berhasil meningkatkan perekonomian masyarakat dalam bidang pertanian,dengan membuat lahan sawah baru bagi petani dan meningkatkan hasil panen.
"Alhamdulillah, saat ini, untuk sekali panen, petani sudah berhasil mendapatkan padi paling sedikit sekitar 30 ton beras di lahan padi seluas 10 hektare, dengan masa tanam sekitar dua hingga tiga kali dalam setahun,," kata Kepala Desa Suak Ribee, Meulaboh, Teuku Razali didampingi Sekretaris Desa, Muhajir, Minggu.
Beras yang dihasilkan tersebut selain dikonsumsi sendiri oleh petani, juga dijual kepada konsumen dengan harapan bisa mendapatkan pendapatan tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat.
Saat ini, kata Teuku Razali, luas lahan sawah baru yang sudah berhasil dikelola dari dana desa sejak tahun 2015 hingga tahun 2019 ini di desa setempat mencapai 25 hektare, dengan dana awal yang dialokasikan sebelumnya sebesar Rp40 juta.
Pemanfaatan dana desa yang dikucurkan oleh pemerintah sejak tahun 2015 lalu di Desa Suak Ribee, Kecamatan Johan Pahlawan, Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat berhasil meningkatkan perekonomian masyarakat dalam bidang pertanian,dengan membuat lahan sawah baru bagi petani dan meningkatkan hasil panen.
"Alhamdulillah, saat ini, untuk sekali panen, petani sudah berhasil mendapatkan padi paling sedikit sekitar 30 ton beras di lahan padi seluas 10 hektare, dengan masa tanam sekitar dua hingga tiga kali dalam setahun,," kata Kepala Desa Suak Ribee, Meulaboh, Teuku Razali didampingi Sekretaris Desa, Muhajir, Minggu.
Beras yang dihasilkan tersebut selain dikonsumsi sendiri oleh petani, juga dijual kepada konsumen dengan harapan bisa mendapatkan pendapatan tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat.
Saat ini, kata Teuku Razali, luas lahan sawah baru yang sudah berhasil dikelola dari dana desa sejak tahun 2015 hingga tahun 2019 ini di desa setempat mencapai 25 hektare, dengan dana awal yang dialokasikan sebelumnya sebesar Rp40 juta.
Penggunaan anggaran tersebut juga dialokasikan untuk membeli bibit, pengolahan sawah, pembelian traktor tangan, serta kebutuhan lainnya, sehingga pengembangan lahan pertanian di lahan bekas terjangan gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004 silam tersebut, telah berhasil dikelola dan diubah menjadi lahan produktif bagi masyarakat.
Penggunaan anggaran tersebut juga dialokasikan untuk membeli bibit, pengolahan sawah, pembelian traktor tangan, serta kebutuhan lainnya, sehingga pengembangan lahan pertanian di lahan bekas terjangan gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004 silam tersebut, telah berhasil dikelola dan diubah menjadi lahan produktif bagi masyarakat.