Takengon, Aceh (ANTARA) - Harga minyak serai wangi di tingkat petani di Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh kini turun yakni Rp277 ribu per kilogram dari sebelumnya mencapai Rp350 ribu per kilogram.
"Sekarang ini harga (minyak serai wangi) tak tentu, ya. Tapi hasil panen kami terakhir dibeli seharga Rp227 ribu per kilogram oleh pedagang penampung asal Kota Lhokseumawe," kata Syamsuddin (78), petani di Bener Meriah kepada Antara di Bener Meriah, Rabu. .
Ia mengaku, padahal panen sebelumnya sekitar empat bulan terakhir minyak atsiri dari kebun serai wangi area sekitar satu hektare di salah satu gampong atau desa, Kecamatan Pertama, Bener Meriah dibeli oleh pedagang pengumpul seharga Rp350 ribu/kg.
Akibat dari kondisi harga yang tidak menentu tersebut sejumlah petani setempat mengaku, menyimpan hasil penyulingan tanaman serai wangi menjadi minyak atsiri hingga harga mulai tinggi di pasaran.
Data Badan Pusat Statistik Aceh menyebut, sejak Januari-Juni 2019 ekspor komoditas minyak atsiri, kosmetik dan wangi-wangian senilai 3,68 juta dolar AS meningkat 48,67 persen di periode yang sama tahun 2018 tercatat 2,47 juta dolar AS.
"Ini ngak pernah, belum jual lagi. Kami timbun, dan simpan di rumah. Rencana panen satu kali lagi, baru dijual menunggu harga pasar minyak serai ini bagus," katanya.
Ridwan (67), petani tanaman serai wangi lainnya mengatakan, dewasa ini harga minyak atsiri setelah mengalami proses penyulingan belum normal kembali.
"Harga minyak serai saat ini dikisaran Rp210 ribu/kilogram, setelah sebelumnya di harga Rp150 ribu/kilogram. Bisa naik, namun bisa juga anjlok," tegas dia.
Ia mengatakan, petani komoditas ekspor tersebut telah berulang kali meminta pemerintah kabupaten setempat untuk mencarikan solusi di tengah harga jual tanaman yang tidak menentu ini.
"Kami sebagai petani kecil, maunya ada jaminan dari pemerintah bahwa harga minyak serai ini tak dipermainkan agen (pedagang pengumpul)," terangnya.