Idi, Aceh Timur (ANTARA) - Kabupaten Aceh Timur dikenal sebagai sentra kakao pada tahun 1980 hingga tahun 2000. Saat itu Aceh Timur punya sekitar 15 ribu hektare kebun kakao dengan produksi rata-rata 1,5 ton/Ha/tahun.
"Tapi sekarang, luas kebun makin menyusut dan hasil produksi juga turun drastis menjadi 397 Kg/Ha/tahun," kata Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Aceh Timur, Ahmad waktu meninjau kebun kakao sekaligus memberikan penyuluhan kepada petani di Desa Paya Laman, Kecamatan Banda Alam, Kabupaten Aceh Timur, Selasa (8/10).
Baca juga: Bupati kunjungi kedatangan pengungsiWamena di Aceh Timur
Menurut Ahmad, selain karena usia tanaman yang sudah tua, yakni diatas 25 tahun, jumlah produksi kakao di Aceh Timur juga merosot tajam akibat minimnya pemahaman petani tentang tatacara merawat dan memelihara tanaman kakao yang baik dan benar.
"Imbasnya, banyak kebun kakao dibiarkan telantar karena dianggap tidak produktif lagi. Ini pula yang menyebabkan luas kebun kakao makin lama makin berkurang, terutama dalam lima tahun terakhir," sebut Ahmad.
Baca juga: Perahu mengangkut satu keluarga tenggelam di Aceh Timur, dua meninggal
Merosotnya hasil produksi kakao tersebut, sambung Ahmad, otomatis berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat, khususnya ribuan kepala keluarga yang selama ini menafkahi keluarga dari hasil kebun kakao.
"Kita komit mengembalikan kejayaan petani kakao Aceh Timur. Petani kakao harus kita selamatkan. InsyaAllah, dengan dukungan semua pihak, termasuk sokongan Pemerintah Pusat melalui Kementrian Pertanian, masalah pasti teratasi dan Aceh Timur akan menjadi sentra kakao lagi seperti era 2000-an dulu," kata Ahmad.
Baca juga: Empat terpidana judi dieksekusi cambuk
Untuk mencapai target itu, sambung Ahmad, pihaknya selama ini gencar melakukan berbagai terobosan, diantaranya dengan mengintensifkan penyuluhan-penyuluhan langsung di kebun kakao rakyat, agar petani paham betul tentang tatacara merawat dan memelihara tanaman kakao yang baik dan benar.
"Setidaknya, kalau perawatannya sudah benar, hasil produksi akan lebih meningkat walau tidak terlalu signifikan. Idealnya, memang kita replanting atau peremajaan karena usia tanaman kakao kita rata rata sudah diatas 25 tahun. Tapi ini butuh biaya besar dan mustahil kita laksanakan kalau tidak ada dukungan dari pusat," pungkas Ahmad.