Banda Aceh (ANTARA) - Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) melalui jaringannya, telah menyalurkan bantuan sedekah modal usaha dari program Sahabat Usaha Mikro Indonesia (UMI) untuk membangkitkan semangat berwirausaha di tengah pandemi COVID-19 di wilayah barat-selatan Aceh.
"(Biasanya) anak sekolah, mampir ke sini untuk jajan. Sekarang sekolah libur, dan pendapatan saya menurun drastis," kata Aswah (37), pedagang bakso goreng melalui sambungan telepon seluler dari Banda Aceh, Senin.
Bahkan, katanya, dagangannya pernah hampir tidak laku, setelah seorang warga di desanya terindikasi positif COVID-19 yang berakibat penduduk desa tersebut semakin waspada terhadap keselamatan diri, dan berimbas pada pedagang mikro setempat.
Ia beserta suaminya tinggal di Desa Belegen Mulia, Kecamatan Simpang Kiri, Subulussalam, mengaku, keluarganya membutuhkan biaya yang tidak sedikit demi menopang kebutuhan hidup, dan membawa anaknya berumur 10 bulan untuk operasi katarak serta paru-paru akibat terjangkit virus rubela.
Suaminya cuma bekerja sebagai pengatur "sound system" masjid, dan kondisi tersebut memaksa dirinya menggunakan modal usaha. "Alhamdulillah, melalui Sahabat UMI ACT Aceh, kami dapat menjalankan usaha kembali dengan modal yang diberikan MRI (Masyarakat Relawan Indonesia) Subulussalam," ungkapnya.
Hasmiati (49), penjual gorengan di Gampong (Desa) Meudang Ara, Kecamatan Blangpidie, Aceh Barat Daya, mengatakan, dirinya telah menerima sedekah modal usaha dari tim MRI setempat-ACT Aceh.
"Saya terharu dan bersyukur, karena selama pandemi COVID-19, kondisi ekonomi kami anjlok. Ada empat orang anak harus saya nafkahi setiap hari seorang diri melalui jualan gorengan, akibat suami saya meninggal dunia beberapa tahun lalu," tuturnya.
"Dulu saya berjualan di sekolah dari pagi hingga sore yang dibantu seorang anak saya masih remaja, sehingga usaha gorengan lebih ramai dibeli. Tapi kini, sekolah diliburkan akibat pandemi COVID-19," kata Hasmiati.
Halimatun Sa'diah (53), pemilik warung kecil-kecilan di Gampong Gampa, Johan Pahlawan, Aceh Barat, mengaku, dirinya menjadi tulang punggung perekonomian keluarga setelah suaminya yang bekerja sebagai sopir truk pengangkut pasir tidak lagi menerima orderan akibat virus corona.
Dari usaha kecil-kecilannya ini, lanjut dia, cuma mampu menuutupi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Bahkan momentum Idul Fitri kemarin, ia tidak mampu membelikan baju baru untuk anak-anaknya. "Tapi kami bersyukur, karena anak-anak tidak protes. Mereka mengerti keadaan kami sekarang,” ucapnya.
"Bantuan dari MRI Aceh Barat-ACT Aceh ini, akan saya gunakan untuk menambah jumlah barang di warung," ujar Halima.
Kepala Program ACT Aceh, Laila Khalidah, sebenarnya menerangkan, program Sahabat UMI bertujuan membangkitkan semangat berdagang sesuai syariat Islam, dan tuntunan Rasulullah di tengah pandemi COVID-19.
"Ini adalah bentuk tindakan preventif terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan, tanpa adanya solusi konkrit bagi pelaku usaha ultra mikro di tengah pandemi COVID-19," katanya.