Parlementaria DPRK Banda Aceh
Anggota Dewan Perwakilan Kota (DPRK) Banda Aceh, Ramza Harli, SE minta pemerintah kota perlu segera membenahi Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Gampong Jawa, Kecamatan Kuta Raja yang kini mulai dikeluhkan warga.
“Warga Gampong Jawa mengeluh karena bau yang ditebarkan sudah mencapai jarak 500 meter. Kondisi ini, sangat mengganggu aktivitas dan kesehatan warga. Jadi pemko perlu segera menbenahinya,” kata Ramza Herli penuh harap.
Menurut Sekretaris Komisi C DPRK ini, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Banda Aceh perlu membuat program untuk mendaur ulang semua produk sampah warga kota. Sebelumnya, memang sudah pernah ada sebagian sampah yang didaur ulang untuk dijadikan perabot. Selain untuk perabot, pemko juga harus menjadikan sampah untuk kompos.
Bila tidak memikirkan bagaimana cara mengelola sampah yang dari tahun ke tahun terus bertambah, dikhawatirkan lima sampai 10 tahun ke depan PR persoalan sampah jadi bertambah seiring bertambah penduduk kota. Sementara area TPA tidak bisa diperluas lagi, sehingga sangat terbatas untuk menampung produksi sampah warga yang terus meningkat.
Untuk itu, wacana membangun TPA Banda Aceh di pinggiran kota di wilayah Aceh Besar perlu dirintis kembali dan segera diwujudkan, sehingga Banda Aceh yang kini sebagai kota Adipura tetap bisa mempertahankan predikat tersebut 10 sampai 20 tahun kedepan.
“Dewan berharap, predikat sebagai kota Adipura tetap bisa dipertahankan sampai 20 tahun ke depan bahkan lebih. Untuk itu, TPA, kinerja petugas pembersih jalan perlu terus ditingkatkan,” ungkap anggota dewan dari Partai Gerindra ini tegas.
Sebagai kota Adipura, Ramza mengingatkan, petugas kebersihan jangan membiarkan sampah di Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan tempat-tempat penampungan sampah warga diluar tong sampah dibiarkan lama-lama – selain mengganggu pemandangan keindahan kota juga menebarkan bau yang kuramng sedap.
Selain petugas, warga diharapkan tidak buang sampah seberangan. Biasakan hidup sehat dengan buang sampah di tempat-tempat yang sudah disediakan dan TPS terdekat dengan desa. Keikutsertaan warga dalam menciptakan kebersihan sangat penting, sehingga semua desa dan jalan-jalan bisa bersih.
“Tidak mungkin diharapkan semata-mata pada petugas kebersihan saja, peran warga juga sangat penting. Petugas kan punya jam kerja tertentu dan juga di wilayahnya sudah ditetapkan. Jadi, sama-samalah memelihar kota ini,”tutur Ramza.
Ramza yang baru tiga bulan diberi kepercayaan warga sebagai anggota dewan kota, mengakui belum tahu 100 persen persoalan disejumlah mitra kerja dibawah Komisi C, termasuk Dinas Kebersihan dan Pertanaman Kota. Ramza berjanji akan terus mengawas kinerja eksekutif selama tahun ke depan.
Selama ini, kata Ramza dewan memacu waktu untuk fokus membahas RAPBK 2015, diharapkan dalam sisa waktu akhir tahun ini rencana anggara tahun 2015 yang mencapai Rp 1,2 triliun lebih bisa tuntas dan dapat disahkan, sehingga awal tahun depan eksekutif sudah bisa bekerja.
Meski mencapai 100 persen, kata Ramza, PAD Banda Aceh yang ditargetkan Rp 153 M dinilai masih sangat rendah dibandingkan dengan potensi galian sumber yang ada di kota.
“Ke depan, semua potensi pajak di kota harus digarap secara maksimal, sehingga target bisa ditingkatkan lebih tinggi dari tahun 2014 ini” kata anggota dewan dari Partai Gerindra ini mengingatkan.
Banyak sektor yang belum digarap secara maksimal, seperti tempat parkir yang menjadi andalan PAD selama ini, masih ada bocorannya. Pemko harus serius menatanya kembali areal parkir, termasuk tempat parkir di lantai 4 Pasar Aceh yang masih terjadi perdebatan dengan pedagang.
Pedagang mengharapkan parkir tetap di bawah disisi badan jalan, sehingga dengan mudah mereka bisa menggait pembeli. Sementara, pemko membangun parkir di lantai empat agar arus lalulintas di sana tidak terganggu dengan perpakiran yang selama ini, sering mengundangkan kemacetan.
Ramza meminta dinas terkait perlu segera merasionalisasikan kembali, antara lapak yang berpotensi baik lokasinya atau luasnya perlu dihitung kembali, sehingga pemasokan pajak dari setiap tempat parkir sesuai dengan potensi areal yang ada. Jangan terkesan, tempat yang banyak parkirnya seperti di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin lebih kecil pajaknya dari tempat lain. Padahal, di SUZA selalu padat parkirnya dari pagi sampai malam hari.
Selain dari perparkiran, PAD kota juga dari izin mendirikan bangunan {IMB}, restaurant, perhotelan, baliho, industri, pedagang dan sejumlah sektor lainnya. Untuk meningkatkan target PAD dewan meminta eksekutif memaparkan bagaimana tim lapangan bekerja untuk mengutip pajak.
“Kalau memang ada kendala dengan tim di lapangan, misalnya tenaganya kurang. Ya, pemko harus menambahnya. Jadi, titik kelemahannya harus dicari dan segera diperbaiki jangan menunggu lama-lama,”jelas Ramza.
Selain PAD, Ramza Harli yang baru dua bulan menjadi anggota dewan kota juga menyorot persoalan saluran dalam Kota Banda Aceh yang tak pernah tertangani dengan baik. Padahal, ibukota provinsi Aceh ini tergolong kota kecil – namun kerap terjadi banjir genangan air hujan. Kondisi ini, terjadi karena saluran air di Banda Aceh tidak pernah diurus dengan tuntas, meski memiliki dua sungai besar sebagai muara pembuang air.
Untuk tahun depan persoalan saluran di desa-desa harus mendapat diperhatikan serius, sehingga ketika musim hujan warga tidak direpotkan dengan banjir genangan dan jangan sampai saluran dalam Banda Aceh yang tidak beres juga menjadi sarang nyamuk.
“Mengenai saluran sudah lama ngak beres-beres. Sudah berarapa banyak uang untuk mengurusnya tapi tidak pernah tuntas. Kami, akan turun ke desa untuk cek di desa mana saja yang masih sering terjadi banjir genangan dan menjadi prioritas untuk dibangun,”katanya.
Menyahuti keluhan masyarakat, Ramza akan mengawal anggaran tahun 2015 agar benar-benar pro rakyat. Dana-dana yang tidak pro masyarakat pihaknya langsung akan mencoret, meski hasil muresbang – karena tidak semua dari muresbang merupakan keinginan rakyat. Tapi, selama ini masih ada pogram yang mengatasnamakan rakyat.{ADV}.