Jakarta (ANTARA) - Presiden RI Joko Widodo meminta para menteri, terkhusus Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, meningkatkan produksi jagung dan memitigasi dampak perubahan iklim terhadap sektor tanaman pangan.
Presiden juga meminta jajarannya mampu mendorong produktivitas jagung melampaui target yang telah ditetapkan, serta mengembangkan industri-industri lainnya di sektor pertanian, seperti industri pengolahan telur.
“Bapak Presiden (kepada) semua menteri, lebih khusus ke saya, agar main di budi daya dan bisa meningkatkan produktivitas jagung kita khususnya, di dalam menghadapi climate change, perubahan anomali cuaca, baik secara nasional maupun global,” kata Syahrul usai rapat terbatas ekosistem ketahanan pangan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu.
Presiden meminta jajarannya untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan jagung di dalam negeri. Namun, jika terdapat stok jagung di dalam negeri yang melebihi kebutuhan, maka industri dapat melakukan ekspor.
"Produktivitas sesuai kebutuhan yang ada, bisa kita imbangi, dan Bapak Presiden, kalau ada lebih baru kita lakukan ekspor, untuk jual hasil produksi kita," ujarnya.
Ratas pada Rabu ini, kata Mentan Syahrul, juga menyoroti mengenai turunnya harga telur karena stok yang melimpah. Pemerintah, ujar dia, menyiapkan beberapa kebijakan untuk memulihkan harga telur.
“Salah satu agenda adalah untuk permanennya dibuatkan industri telur yang ada, dan seperti itulah dalam perencanaan,” ujarnya.
Terkait stok telur yang melimpah, ujar Mentan, pemerintah juga mempertimbangkan agar stok telur yang tersedia di pasar dapat diserap ke dalam program bantuan sosial penanganan COVID-19.
“Bagaimana hasil-hasil ini bisa terjualkan dan terbelikan dan juga masuk dalam program program katakan lah penggunaan dari bansos-bansos yang memungkinkan untuk itu,” ujar dia.
Penyebab turunnya harga telur, ujar Syahrul, karena perlambatan aktivitas di sektor hotel, restoran, cafe (horeca) karena dampak PPKM. Menurutnya, untuk memulihkan harga telur, tidak bisa hanya peran dari Kementerian Pertanian saja, namun juga perlu kebijakan lintas sektor.
“Masalah telur, ayam yang berlimpah, dan terjadi horeca tidak maksimal dalam penyerapan kemarin, ini harus menjadi penyikapan lintas sektor,” ujarnya.