Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Jumat melemah usai rilis data inflasi produsen Amerika Serikat (AS).
Kurs rupiah pada Jumat pagi dibuka turun 30 poin atau 0,19 persen ke posisi Rp15.189 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.159 per dolar AS.
"Rilis data AS semalam yaitu data inflasi produsen AS bulan Januari yang naik melebihi ekspektasi pasar dan data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS yang menunjukkan pasar tenaga kerja yang baik," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Ariston menuturkan rilis serangkaian data ekonomi terbaru AS tersebut mendorong persepsi bahwa Bank Sentral AS atau The Fed akan mempertahankan kebijakan pengetatan moneter untuk jangka waktu yang lebih lama dan membuka peluang kenaikan suku bunga acuan lagi.
"Faktor ini memicu penguatan dolar AS pascarilis data dan pagi ini terlihat dolar AS juga menguat terhadap mata uang Asia," ujarnya.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Kamis (16/2/2023) bahwa indeks harga produsen negara itu, ukuran inflasi dari sudut pandang industri dan bisnis, melonjak 0,7 persen pada Januari, kenaikan terbesar sejak Juni lalu dan jauh di atas konsensus 0,4 persen.
Sementara itu, laporan terpisah oleh Departemen Tenaga Kerja menunjukkan bahwa klaim pengangguran awal AS, cara kasar untuk mengukur PHK, turun 1.000 menjadi 194.000 untuk pekan yang berakhir 11 Februari. Ekonom yang disurvei oleh The Wall Street Journal memperkirakan bahwa klaim baru akan berjumlah 200.000.
Karena sentimen eksternal tersebut, rupiah berpeluang tertekan terhadap dolar AS ke arah Rp15.220 per dolar AS dengan potensi tertahan di sekitar Rp15.150 per dolar AS.
Di sisi lain, Ariston mengatakan optimisme mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan mungkin masih bisa menahan pelemahan rupiah.
Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 cenderung tumbuh lebih tinggi atau bias ke atas dalam kisaran 4,5-5,3 persen.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan tetap kuat dan berpotensi lebih tinggi didorong kenaikan ekspor dan semakin membaiknya permintaan domestik khususnya konsumsi swasta.
Kinerja ekspor berpotensi akan lebih tinggi dari prakiraan semula didorong oleh pengaruh positif perbaikan ekonomi China. Konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh tinggi dipengaruhi keyakinan pelaku ekonomi yang meningkat dan kenaikan mobilitas masyarakat pascapencabutan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Pada Kamis (16/2), kurs rupiah ditutup menguat 47 poin atau 0,31 persen ke posisi Rp15.159 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.206 per dolar AS.