Banda Aceh (ANTARA) - Ketua Dewan Pimpinan Aceh Partai Aceh (DPA-PA) Muzakir Manaf alias Mualem menegaskan pada Pemilu 2024 pihaknya akan mengembalikan kejayaan dan kemenangan partai itu seperti didapatkan saat mengikuti pemilihan perdana (Pemilu Legislatif 2009).
"Kita lakukan apa yang perlu kita lakukan, dengan seperti itu kemenangan kembali kita raih seperti pertama dulu," katanya di Banda Aceh, Sabtu (25/2) malam.
Pernyataan tersebut disampaikan mantan Panglima GAM itu saat memberikan sambutan pada pembukaan Musyawarah Besar (Mubes) III Partai Aceh di Banda Aceh.
Baca juga: Mualem kembali nahkodai Partai Aceh periode 2023-2028
Partai Aceh dirikan pada 2007. Mereka mengikuti pesta demokrasi pertama itu pada Pemilu Legislatif 2009 dengan berhasil memperoleh 47 persen suara parlemen dan meraih 33 di antara 69 kursi di DPR Aceh.
Pada Pilkada 2012, Partai Aceh mengusung Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh. Hasilnya, mereka menduduki kursi nomor satu di "Tanah Rencong" --sebutan untuk Aceh-- itu.
Saat Pemilu Legislatif 2014, jumlah kursi Partai Aceh berkurang dan hanya mampu merebut 29 kursi dari total 81 kursi di DPR Aceh.
Setelah itu, Partai Aceh semakin merosot, pada Pilkada 2017 calon yang diusung sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh (Muzakir Manaf dan TA Khalid) menelan kekalahan dari pesaingnya Irwandi Yusuf.
Selanjutnya, Partai Aceh kembali kehilangan banyak suara, di mana pada Pemilu Legislatif 2019 hanya mampu meraih 18 kursi DPR Aceh dari total 81 kursi.
Baca juga: Kader Partai Gerindra Aceh Tamiang donor darah
Mualem mengatakan semua permasalahan dan hambatan telah dilalui Partai Aceh secara bersama-sama dalam beberapa pesta demokrasi yang telah diikuti.
Partai Aceh sudah pernah merasakan kemenangan, baik pada pemilu legislatif maupun pemilihan bupati/wali kota hingga Gubernur Aceh.
"Kita juga sudah pernah merasakan kekalahan di pilkada. Tentunya semua proses tersebut merupakan dinamika dan kenyataan yang harus dilalui dan kita terima," ujarnya.
Ia mengatakan kekalahan Partai Aceh ternyata tidak saja memberikan dampak kepada para kader tetapi juga berakibat buruk terhadap kesejahteraan warga Aceh.
Saat ini, lanjut dia, perolehan kursi Partai Aceh, baik di tingkat parlemen provinsi (DPR Aceh) maupun DPR kabupaten/kota pada Pemilu 2019 sebelumnya sudah berkurang.
Oleh karena itu, Partai Aceh terpaksa harus melakukan koalisi dengan beberapa partai lain dalam memperjuangkan program-program yang berpihak kepada warga Aceh.
"Melihat ke belakang dan dikaji, maka sikap apa yang harus kita ambil demi kita kembalikan marwah Partai Aceh seperti pemilu yang pertama," katanya.
Ia menuturkan mungkin Pemilu 2024 merupakan penghujung perjuangan.
"Insyaallah akan diberikan apa yang menjadi hajatan di masa mendatang," katanya.
Oleh karena itu, dirinya mengingatkan kepada kader dan calon legislatif dari Partai Aceh untuk benar-benar dekat dengan tokoh-tokoh dan masyarakat Aceh sehingga kemenangan kembali diraih.
"Samakan persepsi, insyaallah kalau itu ada semua cita-cita kita terwujud. Kita semua harus benar-benar kembalikan marwah Partai Aceh," demikian Mualem.
Baca juga: Wali Kota Banda Aceh ajak masyarakat jaga kondusifitas Pemilu 2024