Calang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya mencatat sebanyak 3.080 Kartu Keluarga (KK) masyarakat di Aceh Jaya masih hidup di bawah garis kemiskinan ekstrem.
“Angka kemiskinan ekstrem di Aceh Jaya sendiri masih berada di sekitar 3.080 KK hingga saat ini,” kata Pj Bupati Aceh Jaya Nurdin, di Aceh Jaya, Senin.
Nurdin menyebutkan, pihaknya tidak akan menyerah untuk mengentaskan angka kemiskinan hingga mencapai target yang diharapkan yakni 0 persen pada 2024 mendatang.
Nurdin menyampaikan, untuk mencapai target tersebut pemerintah akan berkonsentrasi pada pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan memaksimalkan seluruh Badan Usaha Milik Gampong (BUMG) atau BUMdes.
Dirinya menuturkan, jumlah APBK Aceh Jaya tahun ini sekitar Rp820 miliar, dan yang dapat dialokasi untuk pembangunan hanya Rp50 miliar saja. Artinya pembangunan (fisik) tidak bisa menjadi hal prioritas.
"Jadi mau kita bolak-balik bagaimanapun (APBK) sepertinya susah memprioritaskan pembangunan, disamping kita juga harus menurunkan angka kemiskinan ekstrem yang masih tinggi,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh Jaya selama periode 2017 sampai dengan 2020, persentase penduduk miskin di Aceh Jaya cenderung menurun.
Di mana, pada 2017 penduduk miskin Aceh Jaya mencapai 14,85 persen. Angka ini turun menjadi 12,87 persen pada Maret 2020.
Namun, kenaikan penduduk miskin terjadi pada 2021 yaitu menjadi 13,23. Hal ini terjadi akibat pandemi COVID-19. Lalu, kembali menurun pada 2022 persen yakni menjadi 12,51 persen.
Artinya, angka penduduk miskin di Aceh Jaya tidak tetap, yaitu pada 2017 mencapai 13,23 ribu orang, kemudian turun menjadi 12,85 ribu orang pada 2018.
Penurunan jumlah penduduk miskin terus berlanjut hingga 2020 sebanyak 12,11 ribu orang. Lalu, pada 2021 kembali naik menjadi 12,63 ribu orang. Sedangkan pada periode 2022 jumlah penduduk miskin di Aceh Jaya turun lagi menjadi 12,13 ribu orang.
Angka kemiskinan ekstrem di Aceh Jaya capai 3.080 KK
Senin, 6 Maret 2023 11:53 WIB