Meulaboh (ANTARA Aceh) - Aparat Kepolisian Resor Aceh Barat, Polda Aceh mengamankan tujuh warga desa yang diduga kuat sebagai pelaku tindak pidana pembakar lahan gambut di daerah itu yang mengakibatkan munculnya asap tebal.
Kapolres Aceh Barat AKBP Teguh Priyambodo Nugroho, di Meulaboh, Rabu mengatakan, saat diamankan ketujuh warga itu berada di tempat kejadian perkara (TKP) lokasi lahan tengah terbakar di Desa Suak Geudeubang, Kecamatan Samatiga.
"Tujuh orang, karena yang bersangkutan ditemukan di TKP. Tiga orang diduga pembakar dan sudah mengakuinya, kemudian empat orang lain bekerja membersihkan lahan. Ada sekitar empat hektare lahannya, yang satu hektare sudah terbakar," katanya.
Ketujuh warga itu berprofesi sebagai petani, yakni berinisial BR (56), MN (57), AR (45), ketiganya merupakan terduga pelaku pembakar dan sudah mengakui perbuatannya itu, kemudian SM (44), SR (40), AR (46) dan RL (44) bertindak membersihkan lahan sawah yang sudah tumbuh ilalang untuk dibakar, pada Senin (22/10) siang.
Kapolres Teguh menegaskan, kepada terduga pelaku bisa diancam dengan Undang-Undang tentang Perkebunan dan UU tentang Lingkungan Hidup, setelah dilakukan pemeriksaan dan mendengar keterangan saksi ahli terhadap pasal yang sesuai.
Ia menjelaskan, hingga kini titik kebakaran di area lahan bergambut masih terjadi dan tersebar pada beberapa kecamatan, seperti Johan Pahlawan, Meureubo, Samatiga, sementara di wilayah Kecamatan Meureubo dilaporkan api sudah berhasil dipadamkan.
"Mereka membakar rumput ilalang dengan menggunakan korek mancis milik masing-masing. Karena cuaca panas kemarau, api membesar dan tidak terkendali, selanjutnya api berhasil dipadamkan personel BPBD serta anggota Polsek," jelasnya.
Selama didera bencana karhutla di wilayah hukum Aceh Barat itu, personel polri sudah sangat kualahan membantu memadamkan titik api pada hutan desa maupun lahan bergambut akibat adanya aktivitas pembakaran oleh masyarakat.
Kapolres AKBP Teguh menjelaskan, beberapa titik lokasi yang mampu dijangkau kendaraan mobil water canon, maka langsung dikerahkan agar pesebaran titik api tidak terus meluas sebagai upaya pencegahan menekan munculnya titik api yang baru.
Malahan pada kawasan yang tidak bisa dijangkau kendaraan, personel Resor Aceh Barat dikerahkan dengan semua kemampuan berjalan kaki dan memikul mesin-mesin pompa air seperti mesin robin, kemudian juga membawa mobil tanki air ke kawasan karhutla.
"Pada kawasan tertentu telah dilakukan upaya pemadaman, dengan mobil water canon melakukan pemadaman yang bisa dijangkau, mesin pompa air dipikul anggota di bawa jalan kaki. Anggota di lapangan juga membawa tangki air," sebutnya.