Banda Aceh (ANTARA) - Sejumlah tim relawan Yayasan Hutan, Alam, dan Lingkungan Aceh (HAkA) yang masih terjebak di Takengon, Aceh Tengah, akibat bencana banjir dan longsor mengungkap bahwa kondisi di lapangan semakin memburuk dan belum ada posko bantuan yang beroperasi.
Keumala, anggota tim relawan, yang dihubungi dari lokasi bencana di Aceh Tengah, Minggu, mengungkapkan bahwa akses jalan banyak yang putus. Menurut laporan dia, belum ada satu pun mobil yang mampu menembus masuk ke area Takengon.
“Kemarin siang, kami ke terminal mau mendapatkan info, belum ada satu pun mobil yang tembus dan masuk ke area Takengon. Beberapa orang sempat berusaha jalan ke Bener Meriah naik motor, tapi tidak ada jalan yang tembus juga.
Info dari mereka, beberapa meter setelah Lampahan, Bener Meriah, ke depannya ada 27 titik jalan rusak tidak bisa akses untuk dilewati,” katanya.
Baca: Update bencana Aceh, jalan lintasan Bireuen ke Takengon putus total
Keumala mengungkapkan bahwa di Lampahan, Bener Meriah, ada warga yang dapat menyeberang sungai menggunakan rakit. Namun, Jembatan Ronga Ronga Bener Meriah juga putus sehingga tidak ada yang bisa lewat.
Sementara jalur KKA-Bener Meriah (Simpang KKA) yang sebelumnya disebut masih bisa dilewati dengan berjalan kaki kini kembali tertutup.
“Hari ini katanya ada info longsor lagi, jadi tidak bisa lewat sama sekali,” katanya.
Lebih memprihatinkan lagi, Keumala menyatakan bahwa pihaknya hingga kini belum menemukan keberadaan posko bantuan.
“Dan yang paling miris, kami sudah putar-putar di kota Takengon, belum ketemu posko. Intinya sampai saat ini kami belum menemukan posko,” katanya.
Ia juga melaporkan bahwa di pintu masuk Takengon ada banyak tiang listrik yang sudah jatuh akibat bencana banjir dan longsor yang terjadi pada Rabu (26/11).
Yayasan HAkA sedang menggelar Festival Linge, di mana sejumlah tim dan jurnalis ditugaskan ke lokasi tersebut. Namun, sejak bencana terjadi, komunikasi dengan tim yang berada di Linge terputus. Mereka bahkan kesulitan menghubungi tim lain yang berkantor di Banda Aceh.
Baca: Belasan alat berat Kementerian PU atasi jalan putus akibat bencana di Pidie Jaya Aceh
Pada Sabtu (29/11), Keumala dan tim yang berada di Takengon akhirnya bertemu dengan tim HAkA yang datang dari Linge. Tim tersebut berjalan selama dua hari tiga malam untuk mencapai Kota Takengon setelah seluruh jalur darat terputus akibat longsor.
Sementara itu, kata Keumala, sebagian tim lainnya masih terjebak di kawasan pegunungan dan belum berhasil keluar menuju Takengon.
“Sebagian tim dari Linge, termasuk dokter dan masyarakat lainnya, masih ada yang terjebak di gunung-gunung dan belum sampai ke Takengon,” katanya.
Dia menyebutkan bahwa tim dan warga di Linge butuh bantuan segera sebab logistik yang semakin menipis dan tidak cukup untuk beberapa hari ke depan.
“Butuh segera dikirimkan bantuan, terutama untuk orang di Linge. Logistik mereka habis,” katanya.
Di sisi lain, kondisi aliran sungai juga dilaporkan terus meningkat.
“Daerah Jamat dan Petek, ancur semua rumah. Masyarakat di desa paling ujung, malam hari, naik ke gunung karena air sungainya naik,” katanya.
Baca: Ditlantas Polda Aceh imbau masyarakat tunda perjalanan karena banyak lintasan putus
Keumala menyayangkan di tengah kondisi darurat ini, penanganan bencana dari pemerintah justru dinilai berlangsung lambat.
“Situasi di sini makin kacau. Bantuan lama, setiap kami ke kantor bupati tidak ada hasil apa apa. Penanganannya lambat kali,” katanya.
Sementara itu, Pendiri dan Ketua Yayasan HAkA, Farwiza Farhan menyatakan bahwa terdapat 15 orang tim, termasuk jurnalis, yang masih terjebak di Linge. Selain itu, tiga orang lainnya telah berhasil tiba di Takengon dengan berjalan kaki dari Linge.
Namun, Farwiza mengakui bahwa hingga kini komunikasi dengan tim yang berada di Linge maupun Takengon masih sangat sulit dilakukan.
