Banda Aceh (ANTARA) - Bencana asap sudah berlangsung lama dan belum ada tanda mereda secara signifikan mengakibatkan Aksi Cepat Tanggap (ACT) sebagai lembaga kemanusiaan membagikan ribuan masker bagi warga terdampak.
Dalam siaran pers yang diterima di Banda Aceh, Sabtu, ACT Riau bersama Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) mengklaim, telah membagikan 2.000 masker untuk warga di sana.
Ribuan masker tersebut dibagikan ke warga yang berlalu lintas di Jalan Sudirman, Persimpangan Tugu Zapin, Pekanbaru. Selain di Pekanbaru, masker juga dibagikan di sejumlah kabupaten/kota terdampak lainnya di Riau.
"Kami sudah membagikan ribuan masker di sejumlah titik terdampak kabut asap di Kota Pekanbaru, sejak Senin kemarin," ucap Ketua MRI Wilayah Riau, Manahan.
"Kabut asap yang menyelimuti Pekanbaru, dan beberapa wilayah lain semakin pekat. Tentunya dengan kondisi kabut asap seperti ini, masyarakat yang memiliki aktivitas lebih banyak di luar ruangan, diharapkan timbul kesadaran untuk menggunakan masker serta peduli terhadap kesehatan," katanya.
Ia mengaku, dalam proses pembagian masker ini pihaknya juga dibantu oleh komunitas Warga Pasundan Riau.
Lutfi dari komunitas tersebut mengatakan, kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian komunitas Warga Pasundan Riau terhadap lingkungan Pekanbaru, Riau.
"Semoga kegiatan ini mampu menggerakkan masyarakat untuk peduli kepada lingkungan, dan sesama. Kami juga berharap seluruh komunitas, lembaga, instansi serta seluruh lapisan masyarakat turut peduli," ungkap dia.
Kebakaran hutan dan lahan di sejumlah provinsi di telah mengakibatkan munculnya asap ikut merugikan kondisi perekonomian Indonesia, karena sumber devisa negara dari produk hutan kayu dan non-kayu, serta ekowisata juga berkurang.
Hal ini akibat kebakaran hutan menyebabkan berbagai kerugian untuk masyarakat mulai dari gangguan kesehatan, sosial, ekologi, ekonomi dan juga reputasi.
Kerugian kesehatan adalah yang paling jelas karena asap dari kebakaran hutan dan lahan menimbulkan berbagai penyakit, terutama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Hingga kini data Inarisk.bnpb.co.id menyebut, jumlah hutan dan lahan yang terbakar di seluruh Indonesia mencapai 328.722 hektare dengan luas daerah bahaya hingga mencapai 86.102.324 hektare, dan perkiraan kerugian secara ekonomi lebih dari Rp 59 triliun.
Berdasarkan data Bank Dunia tahun 2015, ada beberapa sektor terganggu dan mengalami kerugian. Sektor-sektor ini tidak hanya terkait pendidikan dan kesehatan, namun juga terdapat sektor kehutanan dan pertanian, perdagangan/bisnis, manufaktur dan pertambangan, pariwisata, perhubungan, hingga pariwisata.
Dari kondisi yang ada, jika tanpa dukungan dan inovasi penanganan, maka bisa menjadi sama buruknya dengan tahun 2015. Ketika itu, wilayah terdampak seluas 510.564,21 hektare dengan kerugian mencapai Rp221 triliun atau setara 1,9 persen PDB Indonesia.
Tidak ingin kondisi tersebut terulang, ACT terus mengajak masyarakat luas ikut andil dalam kampanye #BantuMerekaBernapas.
Kampanye ini menjadi bukti nyata bahwa tim medis, tim tanggap darurat, hingga posko bencana asap ACT terus melakukan pelayanan bagi warga terdampak bencana kabut asap di berbagai wilayah.
Kampanye #BantuMerkaBernapas menjadi semangat dalam menghidupkan kembali kebersamaan dalam aksi-aksi kebaikan.