Petani membuat tulisan Gayo Love di perkebunan strawberry di dataran tinggi Gayo, Desa Kepies, Bener Meriah, Aceh, Minggu (1/9/2019).
KERAWANG KEKAYAAN BUDAYA SUKU GAYO
Kerawang adalah nama sebutan terhadap motif-motif ukir pada suku Gayo Provinsi Aceh yang kini banyak dijumpai pada kain terutama kostum adat. Kerawang berasal dari dua kata yaitu “iker” yang berarti dasar buah pikiran, dan “rawang” yang berarti ramalan.Jadi Kerawang dapat diartikan ramalan sebuah pikiran pemagar adat.
Penambahan kata Gayo merupakan bentuk identitas dari suku Gayo yang bermukim di dataran tinggi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh.Seiring perkembangan kehidupan ukiran kerawang gayo telah menjadi salah satu seni ukir yang semakin ramai diminati terutama kain sebagai bahan utama untuk desain pakaian wanita remaja dan dewasa juga kostum laki-laki.
Motif Kerawang Gayo yang khas pada setiap warna dan ukiran memiliki makna dan arti tersendiri. Kerawang gayo memiliki motif beragam diantaranya mata itik, pucuk rebung, sesirung, leladu, mun berangkat, tulen iken, puter tali, bunge kipes, gegaping dan panah.
Kain yang menjadi bahan utama dari setiap acara adat masyarakat gayo itu umumnya memakai bahan dasar berwarna hitam dan motifnya menggunakan campuran warna merah, putih, hijau serta kuning.
Warna-warni ukiran kerawang gayo tersebut bagi masyarakat suku gayo memiliki arti tersendiri yakni hitam bermakna merupakan hasil keputusan adat, merah sebagai tanda berani bertindak dalam kebenaran, putih bermakna tanda suci dalam tindakan lahir dan batin, hijau sebagai tanda kejayaan dan kerajinan di dalam kehidupan sehari-hari serta kuning sebagai tanda hati-hati dalam bertindak.
Peningkatan permintaan kain motif kerawang gayo baik untuk pasar lokal, nasional dan mancanegara telah mendorong munculnya pengrajin-pengrajin rumah tangga untuk memproduksi kain warisan nenek moyang suku Gayo itu dengan cara tradisional yang mengandalkan mesin jahit dan benang berkualitas.
Pemerintah Aceh juga melalui program “Acèh Kaya” berupaya merangsang tumbuhnya pengusaha yang ditunjang dengan kemudahan akses terhadap modal, keterampilan dan pasar bagi para pengrajin termasuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Untuk memperkuat berbagai program UMKM tersebut, pada 2018 lalu Pemerintah Aceh telah menggelontorkan anggaran Rp166,8 miliar yang bersumber dari dana Anggran Pendapatan Belanja Aceh (APBA).
Tentu perhatian Pemerintah tersebut menjadi motivasi bagi pengrajin untuk terus mengembangkan hasil produksi kerajinannya, termasuk pengrajin kerawang di dataran tinggi Gayo.
Para pengrajin menyebutkan kain dan pakaian bermotif kerawang gayo telah ramai diminati bahkan dibeberapa kegiatan peragaan busana berskala nasional, kostum motif kerawang gayo mampu membuat pengunjung terkesima terutama karena daya tarik warna dan motif ukirnya.
Kerajinan kain kerawang gayo yang terus dijaga, dilestarikan dan dikembangkan tersebut telah menjadi identitas dan kebanggaan tersendiri bagi suku gayo yang berdomisili di Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues.
Foto dan Teks : Irwansyah Putra