Calang, Aceh (ANTARA) - Musyawarah Daerah (MUusda) ke-3 Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Aceh Jaya yang akan berlangsung pada tanggal 23 November 2019 mendang.
Namun isu tentang pemilihan Ketua KNPI Aceh Jaya semakin hangat diperbincangkan di media sosial dan di warung kopi.
Baca juga: KNPI Aceh Jaya syaratkan Rp10 juta bagi calon ketua
Sebelumnya, panitia bersama pengurus telah sepakat untuk setiap kandidat yang akan mencalonkan diri sebagai calon Ketua KNPI Aceh Jaya periode 2019-2022 wajib menyumbangkan uang kontribusi sebesar Rp10 juta per calon.
Namun, selain uang kontribusi sebesar Rp10 juta percalon kini muncul lagi isu jika setiap suara bisa dibeli atau ditukar oleh para calon dengan harga Rp5 juta per suara.
Baca juga: Ketua KNPI Aceh: Syarat Rp10 juta itu sangat sedikit
Ketua KNPI Aceh Jaya Maimun Panga saat dikonfirmasi Antara menyampaikan bahwa isu tersebut belum tentu benar dan hanya isu belaka.
"Isunya memang benar, satu suara bisa dibarter dengan harga Rp5 juta, tapi itu sebatas isu, ya bisa jadi benar dan bisa jadi salah, atau hitungan cost politik untuk mendapat dukungan OKP yang diakumulasi, bisa jadi kan ada makan minum dan transpor ketika melobi OKP sampai biaya perawatan termasuk servis saat di arena musda nantinya, barangkali total itu sampai Rp5 juta yang kemudian disebarkan ke publik, seolah suara dijual Rp5 juta per satu suara," kata Maimun Panga.
Baca juga: Terkait mahar Rp10 juta untuk jadi Ketua KNPI Aceh Jaya, Camat Darul Hikmah geram
Maimun menyarankan agar para pimpinan OKP jangan memilih kandidat yang hanya didasari uang belaka.
"Pemimpin yang ideal itu didukung atas dasar kualitasnya. Mampu dan mau bekerja cerdas dan keras dalam mengelola organisasi ke arah yang positif," tuturnya.
Maimun menyampaikan, jika memang isu itu benar bahwa satu suara ditukar Rp5 juta, bisa dihitung setiap kandidat harus mengeluarkan uang setidaknya untuk 37 OKP dari 70 OKP yang ada serta 5 kecamatan dari 9 kecamatan di Aceh Jaya.
"Ya paling tidak harus bayar 37 OKP dan 5 PK baru dapat posisi aman, jika memang cuma ada dua kandidat," tutur Maimun.
"Intinya KNPI ini lembaga yang bergengsi, dan lebih bergengsi lagi kalau hadir jiwa - jiwa organisatoris yang handal, aktif dan responsif. Seyogyanya kemampuan lobi dan musyawarah harus lebih maju daripada kemampuan modal material," ungkapnya.
Selain itu, ia juga meminta semua pihak untuk positif thingking dalam menyikapi prosesi Musda KNPI Aceh Jayaini," tutup Maimun Panga yang juga alumni HMI.