Banda Aceh (ANTARA) - Dosen Prodi Magister Ilmu Kebecanaan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh Dr Teuku Alvinsyahrin menyatakan Aceh merupakan salah satu provinsi yang rawan terhadap bencana, sehingga pendidikan mitigasi bencana tidak boleh hilang di tengah masyarakat.
"Prinsip dari mitigasi bencana ini harus terus-menerus berlanjut," kata Alvinsyahrin di Kota Banda Aceh, Selasa.
Dia melanjutkan peristiwa gempa dan tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 lalu telah banyak mengajarkan warga daerah Tanah Rencong itu terhadap mitigasi bencana, sehingga pendidikan tentang kebencanaan tidak boleh hilang di tengah masyarakat.
"Tentu di peringatan tsunami ke 16 tahun ini semua komponen, pemerintah, masyarakat, akademisi masih konsisten berupaya menuju kesiapsiagaan kita menghadapi bencana kedepannya, bukan hanya tsunami tetapi bencana lain juga," katanya.
Menurut dia, pada tahun pertama hingga keempat pascatsunami, masyarakat Aceh secara intensif mendapatkan pendidikan tentang mitigas kebencanaan, mulai dari sosialisasi, simulasi, kunjungan ke sekolah dan upaya lain sebagainya.
Hal tersebut tidak lepas karena masih banyak lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan lembaga donor dari berbagai negara memberikan dukungan pendanaan, sehingga berbagai program terkait kebencanaan itu terealisasi dengan baik.
"Jadi kedepan kelemahan kita adalah dalam hal funding atau pendanaan, ini yang harus disiasati," katanya.
Artinya pemerintah terus mengalokasikan anggaran untuk pendidikan kebencanaan, secara formal melalui DPR, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, katanya lagi.
Salah satu contoh, kata dia, saat awal-awal usai gempa dan tsunami yang telah merenggut ratusan ribu jiwa itu, banyak lembaga donor yang membangun sekolah siaga bencana, namun kini aktivitas terhadap kebencanaan sudah mulai pudar.
"Ini yang tidak boleh terjadi. Daerah kita ini skala kebencanaan ini terus meningkat, maka ikhtiar kita tidak boleh berhenti," katanya.
Lanjut dia, di wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar banyak fasilitas gedung evakuasi bencana yang tidak terawat dengan baik, sudah waktunya membutuhkan perbaikan. Begitu juga dengan rute evakuasi, rambu-rambu evakuasi dan lainnya yang tidak lagi terbaca dengan baik.
"Ini perlu kita koreksi, dalam rangka peringatan 16 tahun tsunami, ini menjadi inisiatif kita untuk menyegarakan kembali," katanya.
Akademisi: Pendidikan mitigas bencana tidak boleh hilang di tengah masyarakat
Selasa, 22 Desember 2020 16:04 WIB