Jakarta (ANTARA) - Pengamat ekonomi Center of Reform on Economics Indonesia (CORE) Yusuf Rendy Manilet memprediksi pertumbuhan ekonomi triwulan II-2021 berkisar antara 4 persen sampai 5 persen year on year.
"Jika merujuk pada beberapa leading indikator memang potensi pertumbuhan ekonomi untuk masuk zona positif sangat besar untuk bisa terjadi di kuartal II ini," kata Yusuf kepada Antara di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi triwulan II-2021 berpotensi mengalami rebound atau pembalikan karena pada periode yang sama tahun 2020, perekonomian nasional mengalami kontraksi.
"Dari leading seperti indikator penjualan riil, pertumbuhannya telah berada di zona positif setelah sebelumnya di kuartal I, masih berada di zona negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa permintaan barang dan jasa dari masyarakat mengalami peningkatan," kata Yusuf.
Peningkatan permintaan tersebut, lanjut dia, sejalan dengan momentum bulan Ramadhan dan Lebaran pada triwulan II-2021 yang mendorong permintaan konsumen terhadap barang dan jasa.
Selain itu, realisasi stimulus fiskal dalam bentuk belanja pemerintah dan penyaluran dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang meningkat juga membantu membaiknya kinerja konsumsi.
"Untuk belanja pemerintah pusat misalnya sampai dengan bulan Mei pertumbuhannya sudah mencapai 20 persen, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 1 persen," ucap Yusuf.
Saat ini, realisasi PEN telah disalurkan dalam berbagai bentuk, seperti bantuan perlindungan sosial untuk masyarakat kurang mampu dan insentif pajak bagi pelaku usaha.
"Sementara untuk net ekspor, pertumbuhan ekspor yang terjadi selama semester I, didukung perbaikan harga komoditas dan pemulihan perekonomian negara utama tujuan ekspor seperti China," tambahnya.
Sebelumnya, perekonomian Indonesia tercatat kontraksi atau tumbuh pada zona negatif sejak triwulan II-2020 seiring dengan makin meningkatnya pandemi COVID-19.