Banda Aceh (ANTARA) - Kalangan pengrajin tahu di Aceh mengaku mengurangi produksi hingga 50 persen karena mahalnya harga kedelai yang merupakan bahan baku makanan tradisional tersebut.
Sekretaris Asosiasi Tahu Tempe Aceh Mulizar di Banda Aceh, Senin, mengatakan selain harga mahal, kedelai juga sulit didapat, sehingga produksi terpaksa dikurangi.
"Kalau dulu, kami bisa menghabiskan hingga 600 kilogram kedelai untuk produksi sehari. Kini berkurang hingga 300 kilogram. Pengurangan hingga 50 persen ini karena kedelai sulit didapat," kata Mulizar.
Mulizar mengatakan harga kedelai sekarang ini mencapai Rp11.500 per kilogram. Harga tersebut tidak pernah lagi turun sejak setahun terakhir. Harga terus melonjak naik yang dulunya sempat berada di kisaran Rp10 ribuan.
Selain karena kedelai, kata Mulizar, pengurangan produksi juga disebabkan melemahnya daya beli masyarakat terhadap tahu. Kondisi ini diperparah langka dan mahalnya minyak goreng di pasaran.
"Kalau produksi banyak, nanti tahun tidak ada yang beli. Kalangan pengrajin harus bisa menyiasatinya dengan memproduksi tahu secukupnya," kata Mulizar menyebutkan.
Menyangkut dengan harga tahu, Mulizar mengatakan kalangan pengrajin juga tidak bisa begitu saja menaikkannya. Apalagi kondisi daya beli masyarakat yang melemah.
"Kalau harga dinaikkan, tidak ada yang beli. Harga tahu sekarang Rp120 per papan. Dalam satu papan bisa dipotong lebih 100 potongan tahu, tergantung besar kecil ukuran," kata dia.
Terkait dengan kondisi tersebut, Mulizar mengatakan sejumlah usaha tahu di Banda Aceh dan Aceh Besar ada yang sudah menghentikan produksinya. Namun, ada juga yang bertahan dengan kondisi seadanya.
"Seperti saya, usaha tahu saya masih bertahan karena mengingatkan pekerja. Kalau usaha tutup dan produksi dihentikan, mereka tentu kehilangan pekerjaan. Tapi, kalau kondisi seperti ini berlangsung lama, bukan tidak mungkin, produksi tahu terhenti," kata Mulizar.