Lhokseumawe (ANTARA Aceh) - Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald Waas mengatakan peran Negara Tiongkok berpengaruh besar terhadap ekonomi global.
Deputi Gubernur BI pusat Ronald Waas mengatakan hal itu saat berada di Lhokseumawe, Provinsi Aceh, Selasa dalam rangkaian kegiatan pelantikan serta serah terima jabatan kepala perwakilan BI Lhokseumawe.
"Kondisi pertumbuhan perekonomian global cenderung bias ke bawah, dan Tiongkok merupakan salah satu negara penopang ekonomi global," ucapnya.
Ekonomi dunia yang semula diproyeksikan dapat tumbuh empat Persen sesuai perkembangan terakhir proyeksi, harus dikoreksi menjadi hanya sebesar 3,1 persen.
Kondisi tersebut berarti lebih rendah dari proyeksi pertumbuhan tahun lalu sebesar 3,4 persen.
Perlambatan ekonomi global bersumber dari masih terbatasnya pertumbuhan ekonomi emerging market, khususnya Tiongkok. Melemahnya ekonomi Tiongkok dapat memberikan tekanan pada perkembangan ekonomi global, ujar Ronald.
Ekonomi Tiongkok yang dalam 10 tahun terakhir menunjukkan angka pertumbuhan rata-rata di atas 10 Persen. Namun sejak tahun 2012-1015 mengalami penurunan hanya dikisaran 7,5 persen.
Perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai sentral manufaktur global tersebut perlu diwaspadai karena dapat berlangsung lama dan berdampak besar terhadap perdangangan dunia.
Sementara itu, ungkap deputi gubernur BI pusat tersebut, perekonomian AS mengindikasikan adanya perbaikan, namun menimbulkan ekspestasi kenaikan suku bunga bank sentral AS atau disebut dengan Fed Fund Rate, yang pada akhirnya menciptakan ketidakpastian pasar. Sehingga menimbulkan tekanan pada pasar keuangan dikawasan.
Salah satu dampak dari ketidakpastian kenaikan fed fund rate adalah sebagaimana yang sempat terjadi beberapa waktu lalu. Yaitu dengan menguatnya Dollar AS terhadap mata uang di negara-negara kawasan Asia, termasuk Indonesia.
Diperkirakan resiko ketidakpastian Fed Fund Rate akan terus berlanjut, dengan kemungkinan waktu kenaikan yang cenderung bergerser ke Desember 2015 hingga Maret 2016, ujar Ronald Waas.
Pemulihan ekonomi dunia yang lemah juga ditandai dengan menurunnya harga komoditas, termasuk komoditas ekspor utama Indonesia. Speerti batubara, kelapa sawit, timah, nikel dan kopi.
Bagi negara yang perekonomiannya bertumpu pada komoditas mentah seperti Indonesia, tentunya hal ini menyiratkan pesan bahwa tantangan pemulihan ekonomi kedepan akan semakin berat, kata ucap Ronald Waas Deputi Gubernur BI.