Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore menguat seiring pasar yang menantikan pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed).
Rupiah ditutup menguat 16 poin atau 0,1 persen ke posisi Rp15.621 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.637 per dolar AS.
Ekonom Senior Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto saat dihubungi di Jakarta, Kamis, mengatakan, volatilitas ke depan masih tetap tinggi.
"Selama The Fed terus menaikkan suku bunga, akan memicu fluktuasi yang tinggi," ujar Rully.
Usai menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) untuk empat kali beruntun, The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps pada pertemuan mereka pada Desember.
Banyak investor yang cemas terhadap laju kenaikan suku bunga yang dapat menyebabkan ekonomi AS memasuki resesi.
"Market masih menunggu FOMC minggu depan. Market sudah priced in untuk 50 bps increase (naik)," kata Rully.
Investor tengah mengantisipasi kebijakan moneter The Fed. Data ketenagakerjaan, jasa-jasa dan pabrik AS yang positif baru-baru ini, telah menambah ketidakpastian investor atas prospek kebijakan bank sentral.
Pasar uang memperkirakan peluang 91 persen bahwa Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang menetapkan kebijakan akan menaikkan suku bunga setengah poin pada 14 Desember, dengan probabilitas hanya sembilan persen untuk kenaikan 75 basis poin lainnya. Suku bunga sekarang diperkirakan memuncak tepat di bawah 5 persen pada Mei tahun depan.
Pembuat kebijakan The Fed akan melihat data inflasi konsumen terbaru sehari sebelum keputusan.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi Rp15.610 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.587 per dolar AS hingga Rp15.635 per dolar AS.
Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Kamis melemah ke posisi Rp15.624 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp15.619 per dolar AS.