"Saat ini kita hanya bergantung pada hujan, Insya Allah dan berdoa mudah-mudahan turun hujan dalam beberapa hari ini,” ujarnya.
Dampak kekeringan kekeringan air di Mata Ie itu sudah dirasakan salah seorang pelanggan air PDAM Tirta Mountala Wanidar, ia menyampaikan debit air di rumahnya sudah kecil dan sudah beberapa kali pernah tidak keluar air.
"Di rumah saya, air yang keluar dari keran itu sudah kecil. Lalu, kami tidak bisa lagi menghidupkan keran air secara bersamaan. Padahal, sebelumnya bisa," katanya.
Baca juga: BMKG sebut tiga wilayah di Aceh mulai memasuki musim kemarau
Sementara itu, Koordinator Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Aceh, Muhajir mengatakan penurunan debit air di Mata Ie Aceh Besar disebabkan suhu udara yang cukup panas pada musim kemarau menguapkan air secara masif sehingga mengurangi ketersediaan air di dalam tanah dan badan air.
Jelas Muhajir, berdasarkan analisis musim, wilayah Sumber air Mata Ie Aceh Besar masuk pada Wilayah Zona Musim (ZOM) Aceh 4 dan telah memasuki musim kemarau pertama pada Dasarian I Februari dan masih akan berlangsung hingga Maret.
"Diperkirakan akan masuk musim kemarau kedua pada Mei mendatang," katanya.
Selain itu, berdasarkan analisis curah hujan di lima pos hujan Kabupaten Aceh Besar, yakni Stageof Mata Ie, Darul Imarah, Lhoknga, Lhoong dan Peukan Bada, curah hujan mulai menurun sejak awal Februari tepatnya dasarian I Februari (tanggal 1-10).
"Jumlah curah hujan dasarian hanya berkisar 2 hingga 9.5 mm/dasarian artinya selama 10 hari curah hujan yang turun hanya berkisar 2 hingga 9.5 mm," ujarnya.
Meskipun nanti saat suhu atmosfer menurun akan terjadi hujan yang intens, curah hujan yang terjadi hanya dalam waktu singkat sehingga tidak akan meningkatkan debit air di Mata Ie.
Fenomena kekeringan kolam Mata Ie memang bukan yang pertama kali. Dalam beberapa tahun mulai 2017-2019 dan tahun 2023, kolam pemandian tersebut sudah beberapa kali mengalami kekeringan.
Baca juga: Ribuan hektare sawah di Aceh Utara terancam kekeringan