Setiap tahun, ia menjelaskan, daerah-daerah di Aceh memang ada yang mengalami kekeringan. Namun, tahun ini hal tersebut juga diperkuat dengan dampak dari dua fenomena perubahan iklim yaitu El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD).
Sehingga, lanjut dia, ada daerah-daerah yang sebelumnya tidak pernah mengalami kekeringan, akan tetapi pada tahun ini terjadi kekeringan seperti Kabupaten Nagan Raya.
“Di Aceh memang ada dampak El Nino api tidak begitu parah. Berbeda dengan di daerah Jawa. Tahun ini ada daerah kita yang tidak pernah kekeringan sebelumnya, tapi mengalami kekeringan seperti Nagan Raya,” ujarnya.
Sebab itu, kata Zulfadli, dalam menghadapi potensi dampak kekeringan akibat El Nino dan IOD, Distanbun Aceh juga telah menyiagakan alat pompa air di daerah-daerah, sehingga dapat digunakan oleh petani untuk membantu mengairi sawah.
“Kalau ada sumber air, pompa itu bisa dipinjam pakai untuk mengairi lahan. Kalau ada sumber air tanah juga bisa kita bantu dengan cara sumur suntik, dengan kedalaman 20 meter,” ujarnya.
Sejauh ini, Distanbun Aceh menyiapkan sebanyak 60 unit pompa air di antaranya 24 unit di UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Banda Aceh, Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) Banda Aceh delapan unit, LPHP Pidie sembilan unit, LPHP Aceh Timur 10 unit dan LPHP Nagan Raya sembilan unit.
Baca juga: BMKG nyatakan Aceh mulai memasuki puncak kemarau